Forum Kapnas SKK Migas: Membedah Potensi dan Dilema Harga Gas Jabanusa

Katadata
Eksplorasi gas alam lepas pantai di perairan Indonesia
Penulis: Ira Guslina Sufa
24/5/2023, 16.57 WIB

Cadangan gas Tanah Air bakal terus bertambah seiring dengan eksplorasi dan mulai beroperasinya lapangan gas baru dalam beberapa tahun ke depan. Di sisi lain serapan gas oleh dunia usaha dan masyarakat masih rendah sehingga potensi kelebihan pasokan atau over supply akan terus terjadi. 

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara mencatat pada kuartal Pertama 2023 produksi gas di wilayah Jabanusa mencapai 687 standar kaki kubik per hari atau MMscfd. Sementara itu serapan gas tertinggi berada di Januari 2023 yaitu 557 MMscfd. 

Kepala Perwakilan SKK Migas wilayah  Jabanusa Nurwahidi mengatakan pada akhir 2023 produksi gas terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah bisa bertambah hingga 350 MMScfd. Penambahan itu terjadi seiring dengan mulai beroperasi 100% Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru Jambaran Tiung Biru di Kabupaten Bojonegoro yang dikelola oleh Pertamina EP Cepu dan lapangan MAC di Selat Madura yang dikelola Husky-CNOOC Madura Limited (HCML).

"Ini menjadi tantangan bagi kami bagaimana membuat produksi gas yang berlimpah ini bisa diserap maksimal," ujar Nurwahidi dalam Forum Kapasitas Nasional (Kapnas) yang berlangsung di Surabaya, Selasa (24/5). 

Nurwahidi menjelaskan rendahnya serapan gas dibanding produksi menjadi salah satu yang dibahas di Forum Kapnas III Jabanusa. Ia menyebut terdapat dua faktor yang membuat capaian produksi tidak berbanding lurus dengan serapan gas di masyarakat yaitu persoalan aksesibilitas dan harga keekonomian gas. 

Pada aspek aksesibilitas ia menyebut pemerataan infrastruktur gas di wilayah Jabanusa masih belum merata. Ditambah lagi masih kurangnya teknologi transportasi gas dan fleksibilitas alokasi gas. 

Untuk infrastruktur ia menyebut saat ini jaringan pipa gas baru tersedia hingga Jawa Tengah. Pada akhir 2023 SKK Migas optimistis proyek pipa Cirebon-Semarang tahap I rampung yang bisa memenuhi kebutuhan gas industri di Semarang, Batang dan Kendal. 

 
Statistik produksi dan serapan gas di wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara (Diolah dari SKK Migas)

Harga Keekonomian 

Sejauh ini persoalan infrastruktur menjadi kendala penyaluran gas ke wilayah Jawa Barat. Sementara wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah diprediksi mengalami surplus gas tahun ini. 

Kendala lain menurut Nurwahidi adalah sulitnya menemukan harga keekonomian gas yang pas untuk kebutuhan industri dan masyarakat. Persoalan harga menurut dia sangat bergantung pada penggunaan teknologi, keekonomian lapangan, konversi mesin pengguna dan bahan baku sumber daya alternatif. 

"Soal harga ini perlu mendapat perhatian karena harga keeknomian ini akan berbeda di setiap lapangan," ujar Nurwahidi. 

Sulitnya menemukan kesepakatan harga gas antara KKKS dan dunia usaha disampaikan pula oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen. Ia menyebut pemda Jawa Tengah menerima laporan harga gas di kawasan industri berada di kisaran US$9 hingga US$17 per one million British Thermal Units (MMBtu). Padahal harga yang dipatok Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berada di level US$6 per MMBtu. 

“Akibatnya industri sulit menekan biaya produksi yang berpengaruh pada daya saing produk di pasar,” ujar Yasin. Ia berharap SKK Migas bisa menemukan jalan tengah yang mengakomodir berbagai kepentingan. 

Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Yuzaini Bin Md Yusof menyoroti persoalan harga gas ini. Ia menyebut beberapa pelaku industri hulu migas mengeluhkan harga yang ditawarkan saat negosiasi jual beli gas tidak sesuai dengan nilai keekonomian lapangan terkait. Ia berharap pemerintah proaktif mencari jalan tengah penentuan harga untuk menjamin keberlanjutan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas. 

Menurut Yuzaini persoalan harga juga mengemuka lantaran adanya keinginan industri dan penggunaan jaringan gas rumah tangga mematok harga US$6 per MMBtu dan US$4,72 per MMBtu. Hal ini menurut dia tidak imbang dengan nilai eksplorasi dan eksploitasi komersial.

"Kami berharap ada dukungan dari sisi regulasi, alokasi dan penentuan harga gas yang bisa menguntungkan semua pihak," ujar Yuzaini. 

Strategi Jangka Panjang 

Adanya surplus gas di tengah persoalan harga dibenarkan oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Menurut dia surplus gas pada 2023 sangat besar disebabkan peningkatan produksi di sejumlah lapangan gas. 

SKK Migas mencatat pada triwulan II 2023  lapangan Jambaran Tiung Biru yang berlokasi di Bojonegoro Jawa Timur akan beroperasi 100% dengan total produksi 192 mmscfd. Lapangan ini telah memproduksi gas perdana atau Gas On Stream (GoS) pada 20 September tahun lalu. Di saat yang sama lapangan MAC di Selat Madura yang dikelola Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) akan memberi tambahan sekitar 25 sampai 40 mmscfd. Dengan penambahan ini maka produksi ladang yang sudah MDA- MBH dan MAC yang sebelumnya berada di 110 mmscfd naik menjadi sekitar 140 mmscfd. 

Lebih jauh Soetjipto mengatakan surplus produksi gas di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah juga ditopang dengan eksplorasi tambahan di beberapa blok. Di antaranya adalah Blok Kangean,  WK Blora yang dikelola TIS Petroleum E&P Blora Pte Ltd dan lapangan Bukit Panjang WK Ketapang milik Petronas.  

Untuk mengoptimalkan kelebihan produksi, SKK Migas akan mempercepat konektivitas pipa gas di seluruh wilayah jawa. 

“Kami berharap 2-3 tahun ke depan bisa tersambung semua sehingga wilayah Jawa Timur yang kelebihan supply bisa terhubung dengan Jawa Barat yang kekurangan,” ujar Dwi. 

Selain itu Dwi mengatakan SKK Migas mendorong diversifikasi bahan bakar tidak hanya untuk kebutuhan industri tetapi untuk rumah tangga. Jaringan gas akan dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, hotel, dan restoran. Pemerintah juga mendorong pengembangan biogas menjadi Biomethane-Compressed Natural Gas (Bio-CNG) dalam skala komersial sebagai bahan bakar transportasi dan difungsikan sebagai pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) untuk industri.

Untuk memaksimalkan serapan, SKK Migas kata Dwi meningkatkan promosi untuk meningkatkan minat pelaku usaha beralih menggunakan gas. Salah satu upaya adalah dengan menggelar Forum Kapnas yang diharapkan bisa menjembatani industri hulu migas dan dunia usaha. 

Kepala SKK Migas dalam rangkaian Forum Kapasitas Nasional (Kapnas) III wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara di Surabaya (22/5/2023) (Istimewa)

Ciptakan Efek Berganda 

Vice President Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas sekaligus Ketua Forum Kapnas Erwin Suryadi mengatakan selama pelaksanaan Forum Kapnas sudah dilakukan beberapa pembicaraan strategis untuk mendorong serapan gas. Selain itu ia menyebut forum juga menjadi wahana bagi pelaku usaha untuk berperan serta dalam mendukung industri hulu migas. 

Pada Senin (22/5) dilakukan peresmian serah terima kapal S Java Sea  produksi pabrik kapal lokal asal Gresik PT Orela Shipyard dengan perusahaan pelayaran Malaysia, NKA Energy Ventures Sdn Bhd. Orella mendapat pesanan untuk memproduksi kapal baru dan juga melakukan perbaikan kapal yang akan digunakan di Malaysia dan Brunei. 

Pada Forum Kapnas Jabanusa 2023 juga dilakukan penandatangan kerja sama antara PT Fajar Benua Indopack dan industri migas di Arab Saudi untuk memproduksi rotating produk gasket dan flexible joint. 

Selain itu juga ada kesepakatan PT Teknologi Rekayasa Katup sebagai pionir produsen katup (valve) lokal sukses mengekspor produknya ke perusahaan EPC di Singapura. Perusahaan ini juga terdaftar sebagai pemasok di beberapa perusahaan migas luar negeri, seperti ADNOC dan Petronas. 

 “Capaian ini menunjukkan industri hulu migas tidak hanya menyediakan energi dan menghasilkan penerimaan negara, tetapi juga memberi manfaat untuk sektor di sekitar,” kata Erwin.