Indonesia Resmi Punya Pabrik Nikel Sulfat Terbesar di Dunia

Harita Nickel
Peresmian Pabrik Nikel Sulfat PT Halmahera Persada Lygend di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Rabu (31/5).
1/6/2023, 17.28 WIB

Harita Nickel melalui unit bisnisnya PT Halmahera Persada Lygend resmi mengoperasikan pabrik  nikel sulfat pertama di Indonesia dan terbesar di dunia. Peresmian operasi produksi nikel sulfat dengan kapasitas 240 ribu ton per tahun tersebut dilakukan di kawasan operasional Harita Nickel di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, Rabu (31/5). 

Peresmian operasi produksi nikel sulfat ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi yang diwakili , Septian Hario Seto. Nikel sulfat merupakan bahan utama penyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik.

Direktur PT Halmahera Persada Lygend, Tonny H. Gultom, mengatakan perusahaannya berkolaborasi dengan Lygend Resources Technology Co., Ltd, kembali mencatatkan sejarah baru dengan peresmian pabrik nikel-sulfat. Pada Juni 2021, perusahaannya juga telah menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik dan menjadi industri pionir di Indonesia.

Tony mengatakan, pabrik nikel sulfat di Pulau Obi ini merupakan yang pertama di Indonesia. Perseroan akan terus melakukan penyempurnaan dan meningkatkan kapasitas Nikel Sulfat hingga mencapai 240.000 metrik ton per tahun dan dengan kandungan nikel metal 54.000 ton per tahun. Kapasitas tersebut ditargetkan tercapai pada pertengahan kuartal II tahun 2023.

"Ekspor perdana nikel sulfat rencananya akan dilakukan pada Juni 2023," ujar Tonny.

Tonny mengatakan, Harita Nickel konsisten membangun industri pertambangan terintegrasi dari hulu hingga ke hilir di Pulau Obi. Hal itu dimulai dari pertambangan pada 2010 melalui PT Trimegah Bangun Persada Tbk.

Dia mengatakan, Harita Nickel telah menjalankan apa yang menjadi amanat dari pemerintah akan semangat hilirisasi. Sejak tahun 2015, Harita Nickel telah melakukan hilirisasi melalui pengolahan nikel kadar tinggi (saprolit) melalui PT Megah Surya Pertiwi dengan empat jalur produksi feronikel.

"Di tahun 2018 kami mulai membangun hilirisasi pengolahan nikel kadar rendah limonit yang selama ini diperlakukan sebagai batuan sisa Mixed Hydroide Precipitate," kata Tonny.

Industri hilirisasi tersebut resmi beroperasi pada Juni 2021 melalui afiliasi PT Halmahera Persada Lygend. Selanjutnya anak usaha Harita Nickel lainnya, yakni PT Halmahera Jaya Feronikel telah menyelesaikan pembangunan smelter feronikel dengan 8 jalur produksi pada semester I 2023.

 Indonesia tercatat sebagai negara penghasil nikel nomor satu, sekaligus pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mayoritas cadangan nikel nasional berada di kawasan Indonesia Tengah dan Indonesia Timur.

"Cadangan nikel Indonesia sebagian besar atau 90% tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara," kata Kementerian ESDM dalam laporan Peluang Investasi Nikel Indonesia.

Jika diakumulasikan per pulau, pada 2020 volume potensi cadangan nikel di Pulau Sulawesi mencapai 2,6 miliar ton bijih. Kemudian potensi cadangan di Pulau Maluku 1,4 miliar ton bijih, dan di Pulau Papua 60 juta ton bijih.