Pertamina Sudah Turunkan 7,9 Juta Ton Emisi Karbon hingga Akhir 2022

Katadata | Arief Kamaludin
Pertamina berhasil menurunkan emisi karbon dan gas rumah kaca sebesar 7,9 juta ton CO2e hingga akhir 2022.
Penulis: Happy Fajrian
7/6/2023, 18.47 WIB

PT Pertamina (Persero) berhasil menurunkan emisi karbon 7,9 juta ton CO2e hingga akhir 2022. Capaian tersebut setara 31,06% dibandingkan dengan baseline emisi tahun 2010.

Keberhasilan perusahaan energi pelat merah dalam menurunkan emisi tak lepas dari berbagai inovasi bisnis dalam upaya dekarbonisasi atau penurunan emisi karbon dan gas rumah kaca (GRK).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, sebagai perusahaan energi di Indonesia, Pertamina harus mampu mengatasi transisi energi global dan berbagai tuntutan untuk perubahan dengan menyusun peta jalan, agar perusahaan dapat tumbuh berkelanjutan.

“Karena Indonesia masih menggunakan energi fosil, maka seluruh lini bisnis Pertamina bersama-sama menurunkan emisi karbon. 31% ini angka yang tidak kecil dan effort dari semua pihak,” kata Nicke dikutip dari siaran pers, Rabu (7/6).

Menurut Nicke, capaian penurunan emisi Pertamina telah melampaui target penurunan emisi pemerintah sebesar 29% dengan upaya sendiri, yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) sebelum dimodifikasi.

Nicke menyebut capaian ini merupakan bentuk komitmen Pertamina untuk berkontribusi dalam target perubahan iklim dan transisi energi dalam mencapai target Net Zero Emission.

Kebijakan yang berlaku di Pertamina Group ini dilakukan melalui implementasi dekarbonisasi, akselerasi green business dan green operation, serta pengembangan kapabilitas sumber daya manusia dan organisasi.

“Selain itu, penggunaan teknologi hijau dan inovasi digital, pengembangan bisnis pasar karbon dan inovasi model bisnis,” tambah dia.

Inisiasi green business  dilakukan di berbagai lini usaha Pertamina untuk mewujudkan program transisi energi dan dekarbonisasi. Salah satunya di sektor hulu, melalui pemanfaatan, penyimpanan dan penangkapan karbon (Carbon Capture, Utilization and Storage/CCUS), di mana Pertamina telah berhasil melakukan injeksi perdana CO2 di lapangan migas Jatibarang Field.

Di sektor pengolahan, inovasi dalam rangka memproduksi biofuel terus berlanjut dan telah terbukti dengan beroperasinya Kilang Hijau (Green Refinery) Cilacap Phase 1 yang mampu menghasilkan Green Diesel sebesar 3.000 barel per hari (bph).

Pengenalan produk Green Diesel ini telah diawali dengan ekspor perdana Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) ke Eropa dan lifting perdana untuk kebutuhan domestik. Langkah Pertamina menggiatkan transisi energi juga mengambil peran besar dalam penurunan emisi ke depan.

Melalui PT Pertamina Power Indonesia (PPI) selaku subholding Power, New and Renewable Energy, Pertamina mengembangkan energi panas bumi (geothermal), hidrogen, baterai kendaraan listrik dan Energy Storage System (ESS), serta upaya penambahan kapasitas energi baru terbarukan lainnya.

Dengan berbagai upaya dekarbonisasi tersebut, Pertamina mampu meningkatkan rating ESG (Environment, Social & Governance) dari Sustainalytics, pada tahun 2022 menjadi 22,1 dari sebelumnya 28,1 (rating rendah lebih baik). Dengan rating tersebut, Pertamina berada di urutan ke-2 dunia dalam sub sektor industri oil and gas terintegrasi.

Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).

“Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi,” tulis Pertamina dalam rilisnya.