Anak Usaha PTPN akan Pasok Pertamina Bioetanol untuk Campuran Pertamax

ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.
Seorang petugas menunjukkan harga BBM jenis Pertalite yang sudah naik menjadi Rp10 ribu per liter di SPBU Maya jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (3/9/2022).
26/6/2023, 15.21 WIB

Pertamina telah mengunci komitmen PT Energi Agro Nusantara (Enero) sebagai salah satu pemasok bioetanol sebagai bahan baku campuran BBM jenis baru yang akan diluncurkan pada awal Juli.

BBM tersebut merupakan campuran Pertamax dengan kandungan oktan atau Research Octane Number (RON) 92 dengan bioetanol 5% (E5) yang menghasilkan Pertamax hijau dengan RON 95.

Juru bicara Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan distribusi BBM RON 95 masih bersifat ujicoba di 10 SPBU di Surabaya. Pengujian secara komersial itu nantinya akan meluas secara bertahap sembari melihat reaksi pasar. "Untuk suplai etanol dari Enero," kata Fadjar kepada Katadata.co.id, pada Senin (26/6).

Enero merupakan anak usaha dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X yang bergerak pada usaha pengolahan molasses atau tetes tebu menjadi etanol dengan tingkat kemurnian 99.5%.

Pabrik milik Enero dirancang khusus untuk memproduksi etanol untuk bahan bakar kendaraan atau fuel grade dengan kapasitas produksi 100 kiloliter (kl) per hari. Pembuatan etanol di PT Enero melalui tahap propagasi, fermentasi, evaporasi, distilasi dan dehidrasi.

Fadjar melanjutkan bahwa sejauh ini Pertamina masih menghitung besaran harga jual Pertamax RON 95. Menurutnya, pengumuman harga jual BBM anyar itu akan dilaksanakan secara bersamaan saat perilisan pada Juli mendatang.

Di sisi lain, Kementerian ESDM pernah melakukan perhitungan harga Pertamax akan naik Rp 237 per liter jika dicampur dengan bioetanol 5% atau E5.

Lebih lanjut, kata Fadjar, Pertamina tidak menentukan volume alokasi etanol yang nantinya akan dicampur ke dalam Pertamax, layaknya penentuan alokasi biodiesel untuk program B35 sejumlah 13,15 juta Kl pada tahun ini. "Kalau pasokan itu kan sistemnya berkembang sesuai permintaan," ujar Fadjar

Adapun program B35 adalah mencampur biodiesel dari fatty acid methyl ester atau FAME minyak kelapa sawit sebesar 35% ke dalam komposisi BBM solar bersubsidi.

Sebelumnya, Holding BUMN Perkebunan PT Perkebunan Nusantara III (PTPN) menyampaikan kemampuan perusahaan untuk memasok etanol untuk bahan baku bioetanol sebagai bahan campuran BBM Pertamax. Namun PTPN hanya sanggup memasok 30.000 kl per tahun.

Direktur Utama PTPN III, Mohammad Abdul Ghani, mengatakan bahwa PTPN menjadi mitra Pertamina dalam program pengadaan produk bahan bakar nabati bioetanol yang bakal dipasarkan di Surabaya, Jawa Timur dalam waktu dekat.

"Pertamina kerja sama dengan kami, memang suplainya masih untuk separuh Kota Surabaya," kata Ghani di Gedung Nusantara I DPR Jakarta pada Kamis (15/6).

Suplai etanol dari PTPN kepada Pertamina akan seluruhnya berasal dari bahan baku molases yang merupakan produk sampingan dari produksi gula. Saat memproduksi gula, cairan dari tebu akan diekstraksi dan dipanaskan hingga menjadi kristal.

Molasses adalah cairan kental berwarna hitam dengan konsistensi seperti sirup yang tertinggal saat kristalisasi cairan tebu selesai.

Guna menebalkan cadangan pasokan bioetanol dalam negeri, pemerintah mengesahkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati atau Biofuel yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 16 Juni 2023.

Dalam rangka percepatan swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanol sebagai biofuel, Presiden Jokowi menetapkan sejumlah peta jalan strategi, seperti peningkatan produktivitas tebu sebesar 93 ton per hektare melalui perbaikan praktik agrikultur berupa pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan tebang muat angkut.

Perpres tersebut juga mengamanatkan penambahan areal lahan baru perkebunan tebu seluas 700.000 hektare yang bersumber dari lahan perkebunan, lahan tebu ralgrat, dan lahan kawasan hutan.

Peta jalan tersebut juga meliputi rencana jangka panjang pemerintah untuk meningkatkan produksi bioetanol yang berasal dari tanaman tebu paling sedikit sebesar 1,2 juta KL paling lambat pada 2030.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu