Harga minyak mentah berjangka turun pada perdagangan Selasa pagi ini karena investor mengambil keuntungan di tengah meningkatnya kemungkinan The Federal Reserve kembali mengerek suku bunga acuan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus tergelincir 87 sen atau 1,18% menjadi menetap di US$ 72,99 per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga minyak WTI lesu karena para pedagang mengambil keuntungan menurut Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire. Padahal, minyak WTI sebelumnya sempat naik lebih dari 5% dan mencapai level tertinggi sejak 25 Mei.
Sedangkan, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September juga merosot 78 sen atau 0,99%, menjadi ditutup pada US$ 77,69 dolar AS di London ICE Futures Exchange.
"Harga minyak mentah melemah karena meningkatnya kekhawatiran bahwa prospek pertumbuhan global semakin buruk dari hari ke hari," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, seperti dikutip dari Antara, Selasa (11/7).
Minyak akan berjuang pekan ini jika pembacaan inflasi di Amerika Serikat mendukung kasus hawkish untuk beberapa kenaikan suku bunga lagi, sementara produksi industri kawasan euro tetap lesu.
"Saya pikir itu proyeksi yang sangat masuk akal untuk mengatakan beberapa kenaikan suku bunga lagi akan diperlukan untuk menurunkan inflasi," kata Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly pada Senin (10/7).
Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak. Namun, permintaan minyak dari China dan negara-negara berkembang, dikombinasikan dengan pengurangan pasokan OPEC+, kemungkinan akan membuat pasar tetap ketat pada paruh kedua tahun ini meskipun ekonomi global sedang lesu, kata kepala Badan Energi Internasional (IEA)