Geo Dipa Produksi 395 Gwh Listrik Panas Bumi Sementer I 2023, Naik 14%

Katadata/Muhammad Fajar Riyandanu
Instalasi sumur panas bumi di PLTP Small Scale Unit Dieng yang dioperasikan PT Geo Dipa Energi.
Editor: Lavinda
11/7/2023, 16.39 WIB

PT Geo Dipa Energi mencatat realisasi produksi listrik sebesar 395,4 gigawatt hour (GWh) sepanjang semester I 2023, atau meningkat 14,6% dari realisasi periode yang sama tahun lalu 345 GWh.

Besaran setrum panas bumi itu berasal dari dua pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) eksisting milik perusahaan, yakni PLTP Dieng, Banjarnegara sejumlah 145, 3 GWh dan PLTP Patuha, Ciwidey sebanyak 250,1 GWh.

Direktur Operasi dan HSSE Geo Dipa Energi Rio Supriadinata Marza menyebut produksi listrik panas bumi dari dua PLTP tersebut melonjak dari periode yang sama tahun lalu. Produksi listrik di PLTP Dieng dan PLTP Patuha masing-masing naik 8,3% dan 18,4%.

"Kalau produksi semester I 2022 sekira 134 GWh untuk Dieng dan 211 GWh di Patuha," kata Rio lewat pesan singkat pada Selasa (11/7).

Keseluruhan produksi setrum panas bumi Geo Dipa seluruhnya disalurkan kepada PLN. Rio mengatakan, Geo Dipa menargetkan pengiriman listrik bersih sebesar 840 Gwh kepada PLN pada tahun ini. Target itu naik 5% dari realisasi penyaluran tahun 2022 sejumlah 800 GWh.

Guna meningkatkan produksi listrik bersih, Geo Dipa sedang mengembangkan PLTP Dieng 2 dan PLTP Patuha 2 yang diproyeksi beroperasi komersial pada 2025 dan 2026. Sementara itu, proyek ekspansi PLTP Dieng 3 masih dalam tahap perencanaan pengembangan proyek dengan target operasi tahun 2028.

Kementerian ESDM mencatat pertumbuhan total kapasitas terpasang listrik energi terbarukan mencapai 12,5 GW hingga Desember 2022. Capaian ini diproyeksikan terus meningkat, seiring komitmen pemerintah untuk menambah kapasitas terpasang hingga 368 MW pada 2023.

Kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan bertambah 48,3 MW sepanjangan kuartal pertama 2023. Kapasitas tersebut setara dengan 13% dari target instalasi listrik hijau 368 MW pada tahun ini.

Penambahan kapasitas pembangkit listrik EBT berasal dari PLTP 12,8 MW dan PLTS 17,8 MWp. Selain itu, terdapat produksi aliran listrik bersih dari pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) 4,4 MW, pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) 1,8 MW dan PLTS atap 11,5 MWp.

Di sisi lain, PLN menargetkan empat proyek pembangkit listrik hijau dapat beroperasi pada 2023. Dua proyek tersebut adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung Waduk Cirata, Jawa Barat dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Peusangan, Aceh.

Tambahan produksi setrum bersih juga akan datang dari PLTP Dieng, Wonosobo dan PLTP Sokoria di Nusa Tenggara Timur dengan total kapasitas 13 megawatt (MW).

Dua PLTP itu bakal beroperasi komersial pada akhir 2023. Adapun gabungan keempat proyek pembangkit energi terbarukan tersebut dapat menyumbang tambahan listrik bersih hingga 203 megawatt (MW).

Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Wiluyo Kusdwiharto, menyebut proyek PLTS sebagai ladang setrum terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas pembangkit 145 megawatt peak (MWp) dengan harga listrik 5,8 sen dolar per kilowatt jam (kWh).

"PLTS Apung yang mungkin terbesar di Asia Tenggara di Cirata Insya Allah tahun ini beroperasi," kata Wiluyo di The Neighbourhood Jakarta pada Rabu (5/7).

PLTA Peusangan terbagi menjadi tiga, PLTA Peusangan I berkapasitas 45 MW ditargetkan beroperasi pada akhir tahun ini untuk kemudian disusul oleh PLTA Peusangan II berkapasitas 43 MW pada Juli 2024.

"Kemudian tahun ini juga ada proyek besar di Sumatera, PLTA Peusangan," ujar Wiluyo.

Lebih lanjut, operasional PLTP Dieng berkapasitas 10 MW merupakan terusan dari proyek skala kecil yang merupakan pembangkit lanjutan dari PLTP eksisting Dieng berkapasitas 60 MW.

Tambahan produksi listrik 10 MW di wilayah kerja panas bumi (WKP) Dieng dari turbin pembangkit skala kecil yang dioperasikan PT Geo Dipa Energi.

Sementara itu, PLTP Sokoria bakal menyumbang aliran listrik panas bumi berkapasitas 3 MW. Kapasitas produksi listrik PLTP Sokoria lebih kecil dari target awal 5 MW.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu