Harga batu bara masih menunjukkan tren menurun meski gelombang panas di Cina memacu permintaan batu bara untuk pembangkitan listrik seiring tingginya konsumsi listrik untuk pendingin ruangan. Impor batu bara Cina pada Juni pun naik setelah turun pada dua bulan sebelumnya.
Pada Minggu (16/7) Cina mencatatkan rekor suhu udara 52° Celsius di di kota Sanbao, Xinjiang. Rekor tersebut memecahkan rekor suhu tertinggi sebelumnya yang terjadi pada 2015 dengan suhu mencapai 50,3° Celsius. Gelombang panas diperkirakan bertahan setidaknya lima hari.
Gelombang panas membuat rumah-rumah di Cina meningkatkan konsumsi listrik untuk pendingin ruangan. Perusahaan listrik juga meningkatkan pengadaan batu bara termal berkualitas tinggi untuk meningkatkan efisiensi pembangkit listrik.
Meningkatnya permintaan di Cina tidak berdampak besar terhadap harga batu bara yang masih menunjukkan tren penurunan. Harga batu bara di ICE Newcastle Australia tercatat turun 0,42% menjadi US$ 131,10 per ton, meski harga untuk kontrak Agustus naik 0,94% menjadi US$ 134.
Sepanjang tahun ini atau secara year to date, harga mineral hitam telah turun lebih dari 50% seiring terus meningkatnnya kapasitas energi terbarukan di Cina dan Amerika Serikat, serta melimpahnya pasokan gas di Eropa yang menekan permintaan.
Peningkatan impor batu bara Cina pada Juni pun relatif terbatas. Data Bea Cukai Cina menunjukkan, pada Juni impor batu bara mencapaii 39,87 juta metrik ton, naik dari 39,58 juta metrik ton pada Mei.
Meskipun total impor sepanjang semester pertama 2023 mencapai 221,93 juta ton, naik hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi lain produksi batu bara harian Cina pada Juni pulih dari rekor terendah enam bulan pada Mei. Data Biro Statistik Nasional menunjukkan produksi batu bara Cina pada Juni mencapai 390,1 juta metrik ton, naik 2,5% dibandingkan tahun sebelumnya dan naik 1,2% dari Mei.
Produksi harian pada Juni setara dengan 13 juta metrik ton, naik dibandingkan Mei sebesar 12,43 juta metrik ton yang merupakan level terendah sejak Oktober 2022.
“Meskipun permintaan yang lebih kuat disebabkan oleh suhu tinggi, persediaan batu bara di pembangkit listrik akan terus berada pada level tinggi di tengah pasokan domestik yang stabil di bawah kontrak berjangka dan kedatangan batu bara impor yang dipesan beberapa waktu lalu,” tulis laporn China Electricity Council (CEC) dikutip Selasa (18/7).
CEC menambahkan bahwa kondisi tersebut akan membatasi selera pembangkit listrik untuk pengadaan baru. Sementara itu ketidakpastian harga batu bara di masa depan dan devaluasi Renminbi juga menghambat pembelian batu bara impor.