Mitsubishi Tambah Investasi Rp 5,7 Triliun dan Produksi Mobil Listrik

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pengunjung mengamati mobil Mitsubishi Pakero Sport dalam pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/2).
Penulis: Lavinda
10/8/2023, 11.12 WIB

Produsen otomotif asal Jepang Mitsubishi Motor Corporation (MMC) berencana menambah investasi di Indonesia senilai Rp 5,7 triliun untuk meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 250.000 unit pada 2024.

Sepanjang tahun 2023 ini, perusahaan otomotif itu menargetkan realisasi penanaman modalnya di Indonesia hingga Rp 12,3 triliun.

MMC juga melaporkan kepada pemerintah bahwa pihaknya sedang menyiapkan produksi mobil listrik berbasis baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV) di fasilitas produksinya yang berlokasi di Kota Deltamas, Bekasi, Jawa Barat.

Produksi mobil listrik tersebut akan dimulai pada Desember 2023. Sebelumnya, Mitsubishi sudah produksi mobil listrik jenis ini di Jepang.

“Mitsubishi fokus menjadikan Indonesia sebagai bagian basis produksinya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita usai bertemu President & CEO MMC Takao Kato, dikutip dari Antara, Rabu (9/8).

Agus menjelaskan, pemerintah bertekad untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi para pelaku industri, termasuk sektor otomotif. Beberapa kebijakan strategis yang probisnis telah dikeluarkan pemerintah untuk menggenjot kinerja industri otomotif di Tanah Air.

“Sebelumnya, impor CBU ada bea masuk dan PPN yang rencananya akan dijadikan nol. Fasilitas ini diberikan kepada para investor yang ingin membangun pabrik kendaraan listrik di Indonesia," ujar Agus.

Dia optimistis penerapan kebijakan tersebut bisa memacu investasi sekaligus meningkatkan minat penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri.

Agus berharap MMC dapat memanfaatkan fasilitas fiskal yang diyakini dapat menguntungkan perusahaan untuk memperkenalkan produk barunya di segmen kendaraan listrik.

“Saat ini, formula untuk insentif itu sedang didiskusikan oleh pemerintah. Ada dua pendekatan, yakni jumlah impor CBU akan disesuaikan dengan nilai investasi, dan kedua adalah berbasis produksi,” jelasnya.