Korporasi Migas Raksasa Incar 50% Hak Partisipasi Blok Tuna

Pertamina Hulu Energi
Ilustrasi Blok Migas
Editor: Lavinda
29/8/2023, 20.16 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan sejumlah perusahaan migas raksasa internasional menjajaki peluang untuk mengambil 50% hak partisipasi Blok Tuna milik perusahaan migas asal Rusia, Zarubezhneft.

Zarubezhneft belakangan melepas hak partisipasi Blok Tuna. Ini imbas pemberlakukan sanksi Uni Eropa dan Pemerintah Inggris kepada Rusia karena terlibat konflik bersenjata dengan Ukraina.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji mengatakan beberapa perusahaan migas kelas kakap meminta untuk melihat data Blok Tuna. Hasil pengajuan buka data tersebut sudah dilirik oleh sejumlah perusahaan migas internasional maupun domestik yang berpotensi menggantikan Zarubezhneft di Blok Tuna.

“Sudah ada beberapa kandidat yang sudah buka data. Sebulan dari sini terkait siapa yang tertarik akan kami umumkan. Yang jelas perusahaan migas kelas dunia, bukan perusahaan lokal,” kata Tutuka di Gedung Nusantara II DPR Jakarta pada Selasa (29/8).

Pada kesempatan tersebut, Tutuka juga mengatakan Zarubezhneft telah mengajukan permohonan untuk angkat kaki dari Blok Tuna. “Sedang beranjak, sampai Zarubezhneft memenukan pengganti mereka di Blok Tuna. Kami harapkan bisa cepat,” ujar Tutuka.

Zarubezhneft lewat anak perusahaannya, ZN Asia Limited telah mendapatkan izin pengajuan buka data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai langkah awal untuk melepas 50% hak partisipasi di Blok Tuna.

SKK Migas mengabarkan Zarubezhneft masih dalam tahap mencari perusahaan yang bersedia untuk mengakuisisi hak partisipasi mereka di Blok Tuna.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi Suryodipuro, mengatakan Zarubezhneft masih menjadi salah satu pemegang hak kelola Blok Tuna bersama Premier Oil Tuna yang masing-masing menggenggam 50% hak partisipasi.

"Pelepasan PI ada proses yang harus berjalan. Sama seperti Shell yang melepas PI ke Pertamina di Blok Masela," kata Hudi lewat pesan singkat pada Senin (31/7).

Hudi menjelaskan, pengajuan buka data bakal dilanjutkan dengan negosiasi Business to Business (B to B) antara Zarubezhneft dengan calon pengganti potensial.

"Sudah ada beberapa perusahaan yang mengajukan izin untuk melihat data-data tersebut,” ujar Hudi.

Rencana pengembangan Blok Tuna tahun ini kemungkinan tersendat. Hal ini lantaran sanksi Uni Eropa dan pemerintah Inggris terhadap Rusia yang ikut dirasakan oleh Zarubezhneft, perusahaan Rusia yang menjadi mitra Premier Oil Tuna BV, dalam mengembangkan lapangan tersebut.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu