Pertamina Geothermal Energy (PGE) menyiapkan strategi untuk mengakuisisi aset pembangkit listrik tenaga panas bumi Sorik Marapi. Aset kini dikelola oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) di Desa Sibangor Julu, Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Direktur Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya mengatakan rencana tersebut merupakan inisiatif PGE sebagai badan usaha panas bumi.

“Ya memang terkait dengan itu PGE lakukan, ada,” kata Harris di Kantor Kementerian ESDM pada Kamis (14/9).

Dia menjelaskan upaya tersebut bermula dari langkah SMGP yang menawarkan aset mereka kepada sejumlah badan usaha panas bumi.

“Nah, PGE lihat itu bahwa ada potensi untuk bisa mengembangkan usaha di sana, dibeli,” ujar Harris.

Harris, yang juga menjabat sebagai Komisaris PGE, mengatakan langkah pembelian aset panas bumi tersebut dapat mendongkrak daya produksi listrik panas bumi domestik di masa mendatang.

Menurut Harris, rencana pembelian aset tersebut merupakan tindakan aksi korporasi murni secara business to business alias b to b.

Oleh sebab itu, PGE tak memiliki kewajiban khusus untuk melaporkan progres akuisisi aset kepada Kementerian ESDM.

“Berbeda kalau IPO yang harus mendapatkan persetujuan menteri karena ada perubahan komposisi saham,” kata Harris.

Kewajiban pelaporan baru terjadi apabila PGE dan SMGP telah menyepakati jual-beli aset secara final.

“Nanti yang akan melapokan itu SMGP, bukan PGE,” ujar Harris.

Berdasarkan rencana pengembangan di peta jalan, PLTP Sorik Marapi akan memiliki kapasitas 240 MW. Hingga Agustus 2022 ,pembangkit yang sudah beroperasi sebesar 90 MW yang berasal dari unit 1 sebesar 45 MW dan unit 2 sebesar 45 MW.

Chief Technology Officer PT SMGP, Riza Glorius Pasikki mengatakan perusahaan menjual hasil produksi listrik mereka ke PLN dengan harga US$ 8,1 cent per kwh.

Harga ini, ujar Riza, dinilai lebih murah dari biaya pokok penyediaan listrik di Sumatera Utara saat ini senilai US$ 8,6 cent per KwH. Dengan tarif tersebut, PLN diklaim bisa menghemat Rp 51,5 miliar per tahun. 

Sebelumnya, PGE dikabarkan tengah menjajaki pembelian aset panas bumi milik KS Orka Renewables senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15,3 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.330 per dolar AS. Aset yang dimaksud adalah PT SMGP.

Menurut sumber Reuters, PGE dan KS Orka berpotensi mencapai kesepakatan sebelum akhir tahun ini. Sebelumnya, KS Orka telah menunjuk DBS Bank sebagai penasihat keuangan dalam rencana penjualan Sorik Marapi.

Manajemen Pertamina Geothermal menyatakan belum ada informasi yang bisa disampaikan kepada publik pada saat ini terkait kabar tersebut. Sementara itu, manajemen KS Orka belum merespons pertanyaan dari Reuters.

Kabar mengenai rencana akuisisi PGE terhadap Sorik Marapi ini muncul seiring rencana Pertamina untuk menggandakan kapasitas energi panas bumi pada 2027-2028. Perusahaan energi itu memperkirakan perlu investasi US$ 4 miliar untuk mencapai target tersebut.

KS Orka mengakuisisi mayoritas saham Sorik Marapi pada pertengahan 2016. KS Orka merupakan anak usaha Kaishan Group, produsen kompresor asal Cina. Selain Sorik Marapi, KS Orka juga memiliki proyek panas bumi lainnya, seperti PT Sokoria Geothermal Indonesia di Nusa Tenggara Timur.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu