PT Freeport Indonesia mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi emisi karbon guna mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Direktur Utama Freeport Tony Wenas mengatakan, perusahaannya saat ini berhasil mengurangi emisi karbon sebesar 23%.
“Sampai hari ini sudah tercapai 23% kira-kira. Jadi yang sekarang kami lakukan adalah menargetkan 30% pada tahun 2030,” ujarnya saat di sela acara Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2023 di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Selasa (26/9).
Tony mengatakan upaya untuk mencapai pengurangan emisi 30% itu ditempuh dengan melakukan sejumlah upaya seperti menggunakan kereta listrik sebagai alat transportasi untuk mengangkut bijih mineral sebanyak 110 ribu ton per harinya.
Tak hanya itu, dia mengatakan pihaknya juga telah melakukan penanaman kembali untuk mendukung lingkungan dan memperhatikan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG).
“Ini yang membuat pengurangan emisi karbon kami sudah mencapai 23%. Kami juga berencana untuk menghentikan penggunaan PLTU batu bara dan menggantinya dengan energi yang jauh lebih bersih yaitu Liquid Natural Gas (LNG),” kata dia.
Tony mengatakan bahwa upaya tersebut seharusnya bisa lebih menurunkan lagi emisi karbon, dan juga diharapkan target pengurangan emisi pada 2030 bisa lebih besar dari 30%. Di sisi lain, Tony juga menyebutkan tantangan utama yang dirasakan dalam dekarbonisasi.
“Salah satu tantangannya yaitu, tantangan alam seperti topografi yang terjal dan curah hujan yang tinggi di Papua,” kata dia.
Pemerintah Berkomitmen Turunkan Emisi Karbon
Sebagai informasi, pemerintah Indonesia telah memperbarui janjinya dalam mengurangi emisi karbon. Hal ini tercatat dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) terbaru, yang kini dinamai Enhanced NDC dan sudah didaftarkan ke UNFCCC pada September 2022.
NDC adalah komitmen negara-negara yang terlibat dalam Perjanjian Paris untuk mengurangi emisi karbon dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Komitmen ini umumnya diperbarui lima tahun sekali.
Dalam NDC pertama tahun 2016, Indonesia berkomitmen akan mengurangi emisi karbon sebanyak 29% dengan usaha sendiri, atau 41% dengan bantuan internasional. Kemudian dalam Enhanced NDC, target pengurangan emisi karbonnya naik menjadi 31,89% dengan usaha sendiri, atau 43,2% dengan bantuan internasional.
Dalam skenario kondisi normal (business as usual), emisi karbon Indonesia pada 2030 diproyeksikan mencapai 2.869 juta ton ekuivalen karbon dioksida (MTon CO2e).
Lantas dengan adanya Enhanced NDC, pemerintah menargetkan pengurangan emisi karbon secara mandiri sebesar 31,89% dari proyeksi business as usual, sehingga emisinya menjadi 1.953 MTon CO2e pada 2030.
Namun, jika ada bantuan internasional, pemerintah menargetkan emisi karbon Indonesia bisa berkurang hingga 43,2% dari proyeksi business as usual, sehingga emisinya menjadi 1.632 MTon CO2e pada 2030.
“Komitmen tersebut akan diimplementasikan melalui penggunaan lahan dan tata ruang yang efektif, manajemen hutan berkelanjutan, pemulihan ekosistem, peningkatan produktivitas pertanian, konservasi energi, promosi energi terbarukan, dan manajemen limbah yang lebih baik," kata pemerintah Indonesia dalam dokumen Enhanced NDC.
"Indonesia juga dapat meningkatkan kontribusi pengurangan emisi karbon hingga 43,2% pada tahun 2030 dengan dukungan internasional berupa pembiayaan, transfer teknologi, dan pengembangan kapasitas," lanjutnya.
SAFE Forum 2023 akan menghadirkan lebih dari 40 pembicara yang akan mengisi 15 lebih sesi dengan berbagai macam topik. Mengangkat tema "Let's Take Action", #KatadataSAFE2023 menjadi platform untuk memfasilitasi tindakan kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan yang disatukan oleh misi menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih hijau. Informasi selengkapnya di sini.