Pemerintah menghitung sejumlah proyek pembangunan dan perluasan kilang minyak milik PT Pertamina bakal menambah produksi bahan bakar minyak (BBM) nasional hingga 73 juta kiloliter (Kl) per tahun pada 2026. Angka tersebut naik 47,5% dari produksi BBM eksisting saat ini sejumlah 34,68 juta kl per tahun. Selain itu, renovasi kilang minyak juga meningkatkan kualitas BBM dari UERO II menjadi UERO V.
Hal tersebut tertulis di dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 9 Tahun 2023 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2020-2024. Regulasi tersebut ditetapkan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 7 September 2023.
“Pada tahun 2025, jika tidak dibangun kilang minyak baru maka Indonesia akan mengimpor 62% dari kebutuhan BBM untuk penggunaan dalam negeri,” demikian kutipan dari regulasi tersebut, pada Jumat (29/9).
Dalam rencana strategis ini, terdapat dua proyek pembangunan kilang baru atau grass root refineries (GRR) dan empat program pengembangan kilang lama alias refinery development master plan (RDMP) yang akan dibangun hingga 2026.
Dua proyek pembangunan kilang baru itu adalah proyek GRR Tuban dan GRR Bontang. GRR Tuban akan memiliki kapasitas pengolahan minyak 300 ribu barel per hari. Proyek kerja sama antara PT Pertamina dengan perusahaan Rusia, Rosneft, itu ditargetkan beroperasi pada 2026 dengan total investas US$ 16 miliar.
Sementara itu, program GRR Bontang di Kalimantan Timur ditargetkan dapat mengolah 300 ribu barel minyak per hari. Proyek bernilai investasi US$ 15 miliar itu akan beroperasi pada 2026.
Perluasan Empat Kilang
Pertamina juga menggarap empat proyek perluasan kilang, yakni RDMP Balongan, RDMP Cilacap, RDMP Dumai, dan RDMP Balikpapan. Proyek perluasan Kilang Balongan Indamayu, Jawa Barat telah mencapai progres pembangunan 99% per Januari 2023.
Pemerintah mencatat total investasi perluasan Kilang Balongan mencapai US$ 2 miliar hingga fase 2 tahun 2025. Renovasi itu menambah kapasitas Kilang Balongan menjadi 150 ribu barel per hari dari kapasitas awal 125 ribu barel per hari sejak pertama kali dibangun pada 1994.
Proyek perluasan kilang selanjutnya menyasar kepada Kilang Cilacap yang berlokasi di Jawa Tengah dengan nilai investasi US$ 6 miliar. Pembaruan kilang itu ditargetkan mampu menambah kapasitas pengolahan 50 ribu barel minyak per hari dan bisa beroperasi pada 2025.
Pertamina juga menggarap perluasan kapasitas pengolahan Kilang Dumai, Riau sebanyak 100 ribu barel minyak per hari. Proyek yang menelan biaya investasi US$ 5,5 miliar itu diharapkan beroperasi pada 2026.
Lebih lanjut, Pertamina juga mengerjakan proyek perluasan Kilang Balikpapan sebanyak 100 ribu barel per hari. Proyek tersebut memperbesar kapasitas pengolahan Kilang Balikpapan menjadi 360.000 barel per hari. Proyek bernilai invetasi US$ 7,24 miliar itu dapat beroperasi penuh fase 2 pada 2025.
Secara keseluruhan, pengerjaan pembangunan dan perluasan kilang tersebut akan meningkatkan kapasitas kilang terpasang dari 1,17 juta barel per hari menjadi 2,16 juta barel per hari. Pengembangan kilang minyak tercantum dalam keputusan Presiden Joko Widodo, yaitu Peraturan Presiden RI Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.