Kaya Potensi Industri Baterai, Menteri ESDM: RI akan Jadi Pemain Utama

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/aww.
Petugas mengisi daya baterai mobil listrik pada pameran kendaraan listrik Electric Vehicle Standards Expo (EVSE) 2023 di Jogja Expo Centre, Bantul, D.I Yogyakarta, Rabu (12/7/2023).
Penulis: Mela Syaharani
10/10/2023, 19.46 WIB

Indonesia dinilai berpotensi menjadi pemain utama dunia dalam industri baterai kendaraan listrik. Optimisme tersebut diungkapkan Menteri ESDM Arifin Tasrif seiring besarnya sumber daya bahan baku komponen baterai yang dimiliki Indonesia.

“Karena Indonesia mempunyai bahan komponen baterai yaitu nikel, bauksit, tembaga, mangan,” ujarnya saat membuka acara Mining Summit 2023 di Bali, Selasa (10/10).

Meski memiliki potensi, Arifin menyebut industri baterai masih perlu dikembangkan. Terlebih masih ada beberapa industri yang belum tersedia saat ini, seperti smelting/refining mineral, produksi komponen sel, produksi sel baterai, perakitan baterai, dan mineral-mineral lain yang dibutuhkan meliputi lithium, graphite dan cobalt.

Selain itu, dia juga membeberkan bahwa perlunya pengembangan teknologi daur ulang mineral (mineral recycling) yang juga merupakan faktor penting dalam pengelolaan mineral.

“Meliputi recovering dan reusing mineral-mineral dari produk-produk yang sudah habis masa pakainya seperti baterai, elektronik, dan magnet. Daur ulang akan menghasilkan dampak besar dalam melestarikan sumber daya,” ujarnya.

Guna mendukung potensi mineral Indonesia, Arifin mengatakan terdapat beberapa strategi hilirisasi yang dilakukan. Pertama, melalui upaya percepatan pengintegrasian rantai pasok antara tambang dan smelter.

Kedua pengintegrasian industri pengguna bahan olahan mineral dan pengembangan industri lanjutan. Ketiga, aplikatif dari hasil pengolahan atau pemurnian mineral.

Berdasarkan paparannya, terdapat salah satu bahan komponen baterai yakni nikel masuk dalam daftar rencana hilirisasi serta komoditas utama yang menjadi prioritas untuk dikembangkan. Saat ini nikel memiliki sumber daya mencapai 17,3 miliar ton serta cadangan 5 miliar ton.

Jika dilihat berdasarkan produksi, selama 2022 industri nikel mampu menghasilkan beberapa olahan. Mulai dari produksi feronikel sebesar 516,7 ribu ton, nickel matte 6 ribu ton, dan bijih nikel sebesar 106,3 juta ton.

Selain nikel, bauksit dan tembaga juga masuk dalam daftar rencana hilirisasi. Bauksit memiliki sumber daya 6,21 miliar ton dengan cadangannya mencapai 3,1 miliar ton.

Menteri ESDM mengatakan akan dilakukan pengembangan produk Smelter Grade Alumina ke industri aluminum seperti aluminium sheet, aluminium bar, align aluminium sheet untuk pabrik mobil dan konstruksi.

Lalu ada tembaga yang memiliki sumber daya mencapai 15,8 miliar ton serta cadangan 3 miliar ton yang akan diolah menjadi beberapa produk turunan seperti copper tube untuk pipa AC dan kulkas, copper tip untuk ujung kabel, copper busbar untuk panel kontrol listrik, copper sheet untuk mendukung industri baterai, wire dan kabel, hingga pengembangan energi baru terbarukan dan kendaraan listrik.

Reporter: Mela Syaharani