Harga minyak naik lebih dari 4% pada perdagangan Jumat (13/10) seiring langkah Amerika Serikat (AS) yang memperketat sanksi terhadap ekspor minyak mentah Rusia. Ini meningkatkan kekhawatiran pasokan di pasar yang sudah ketat dengan persediaan global diperkirakan turun pada kuartal IV.
Minyak mentah Brent naik hingga 3,99% ke level US$ 89,53 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) Amerika naik 4,16% ke level US$ 86,45 per barel. Kedua harga minyak acuan global tersebut sebelumnya telah naik lebih dari 3%.
Meskipun terdapat fluktuasi sepanjang pekan ini, Brent diperkirakan akan memperoleh kenaikan mingguan sekitar 5%, sementara WTI diperkirakan akan naik lebih dari 3,5%, setelah keduanya melonjak pada perdagangan Senin (9/10).
Peningkatan ini didorong oleh potensi gangguan terhadap ekspor Timur Tengah setelah serangan kelompok Islam militan Hamas terhadap Israel pada akhir pekan yang mengancam konflik yang lebih luas.
“Premi risiko geopolitik masih ada dan kemungkinan akan mendukung harga minyak dalam jangka pendek,” kata Kelvin Wong, analis pasar senior di OANDA di Singapura, seperti dikutip Reuters, Jumat (13/10). “Pasar paling khawatir dengan kendala pasokan dari Timur Tengah dan Rusia”.
Namun analis Commerzbank Thu Lan Nguyen dan Casten Fritsch dalam catatannya mengatakan bahwa konflik di Timur Tengah sejauh ini berdampak terbatas pada harga minyak mentah.
“Sejauh ini belum ada tanda-tanda bahwa negara-negara penghasil minyak utama di kawasan ini akan terlibat langsung dalam konflik militer, yang akan mengancam pembatasan produksi minyak mentah negara-negara tersebut,” kata mereka.
Pada Kamis, AS memberlakukan sanksi pertama terhadap pemilik kapal tanker yang membawa minyak Rusia dengan harga di atas batas harga G7 sebesar US$ 60 per barel, untuk menutup celah dalam mekanisme yang dirancang untuk menghukum Moskow atas invasinya ke Ukraina.
Rusia adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia dan eksportir utama. Pengawasan yang lebih ketat dari AS terhadap pengirimannya dapat membatasi pasokan.
Pada hari yang sama, OPEC mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global, mengutip tanda-tanda ketahanan ekonomi dunia sepanjang tahun ini dan memperkirakan kenaikan permintaan lebih lanjut di Cina, importir minyak terbesar di dunia.
“Masalah sisi pasokan tetap menjadi fokus di pasar minyak mentah,” kata Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di ANZ. Dia menambahkan bahwa harga selama awal perdagangan pada hari Jumat naik karena penegakan sanksi AS yang lebih kuat.
“Sentimen juga terdongkrak setelah OPEC memperkirakan stok minyak mentah akan merosot 3 (juta barel per hari) pada kuartal ini. Hal ini mengasumsikan tidak ada gangguan pasokan lebih lanjut akibat perang Israel-Hamas,” kata Hynes.
Harga minyak juga mengabaikan data yang dirilis pada hari Jumat yang menunjukkan penurunan impor minyak mentah Cina secara bulanan.