Harga minyak dunia alami penurunan kembali pada Kamis (19/10). Kondisi ini terjadi setelah sikap OPEC tak menghiraukan seruan Iran untuk mengembargo minyak Israel, serta kebijakan Amerika Serikat (AS) yang berpotensi meringankan sanksi terhadap Venezuela.
Minyak mentah Brent turun 39 sen atau 0,43% menjadi U$ 91,11 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 12 sen atau 0,14% menjadi US$ 88,20 per barel. Pada sesi sebelumnya, kedua harga minyak acuan global ini naik hingga 2%.
Kenaikan harga tersebut dipicu oleh dua hal, pertama, karena adanya kekhawatiran akan gangguan pada suplai minyak global, terlebih setelah Iran menyerukan embargo minyak terhadap Israel karena konflik di Gaza. Namun OPEC tidak memberikan reaksi terhadap seruan itu.
"Meskipun OPEC tidak menunjukkan indikasi untuk menanggapi seruan Iran untuk memberlakukan boikot minyak terhadap Israel, minyak hampir pasti akan menjadi bagian dari konflik ini dalam beberapa hal," kata RBC Capital Markets dikutip dari Reuters.
Israel mengimpor sekitar 250.000 barel per hari (bph) minyak yang berasal dari Kazakhstan, Azerbaijan, Irak, hingga negara-negara di Afrika. "Kami yakin embargo dari Kazakhstan dan Azerbaijan, sekutu kuat Israel, tidak mungkin terjadi," kata para analis dikutip.
Kedua, berkaitan dengan AS yang berencana untuk melonggarkan sanksi Venezuela untuk memperlancar pasokan minyak ke pasar global. Rencana ini muncul sebab AS melaporkan adanya penurunan persediaan yang lebih besar daripada yang diperkirakan.
Aliran minyak Venezuela dapat membantu meringankan harga minyak global. Sebab, kondisi saat ini yang berada di tengah konflik Israel-Hamas, sanksi terhadap Rusia, dan keputusan OPEC+ untuk mengurangi produksi, hingga Venezuela yang membutuhkan investasi untuk meningkatkan produksi setelah sanksi selama bertahun-tahun.
AS dikabarkan mengalami penurunan persediaan minyak mentah dan bahan bakar. Menurut data EIA stok bahan bakar distilat turun 3,2 juta barel dalam sepekan hingga 13 Oktober menjadi 113,8 juta barel.
Sementara itu, persediaan minyak mentah turun 4,5 juta barel menjadi 419,7 juta barel, sementara bensin turun 2,4 juta barel menjadi 223,3 juta barel.