Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Tutuka Ariadji mengatakan Blok Warim di Papua kini telah berganti nama menjadi Blok Akimeugah 1 dan 2. Pergantian nama ini dilakukan dengan memotong bagian Blok Warim yang masuk ke Taman Nasional Lorentz yang merupakan kawasan konservasi.
“Nah, itu ada ekstra 10% yang kita potong supaya tidak terjadi permasalahan dengan lingkungan maupun UNESCO,” kata Tutuka saat ditemui pada Kantor Kementerian ESDM, Rabu (1/11).
Menurut Tutuka, pemotongan wilayah Blok Warim itu tidak mengurangi potensi minyak dan gas (migas) yang ada di kawasan tersebut. “Jadi, kita lakukan (pemotongan) itu karena potensi (cadangan gas yang terpangkas) tidak terlalu signifikan, kita lelang. Masih besar,” jelas Tutuka.
Blok Warim terletak di sekitar wilayah Taman Nasional Lorentz. Oleh karena itu, Kementerian ESDM sudah melakukan pembicaraan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) serta The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) terkait hal ini.
“Namanya proses kan panjang tapi kita membutuhkan sumber daya (migas) itu cepat dikembangkan. Jadi kita upayakan, kita potong lah wilayahnya,” ujar Tutuka. Ia juga menyebutkan bahwa di Blok Akimeugah 1 dan 2 ini terdapat dua potensi sumber daya, yakni minyak dan gas dengan potensi yang besar.
Kendati demikian, wilayah kerja dengan potensi besar ini tidak memiliki infrastruktur yang kurang memadai. “Jadi itu yang membuat kita memberikan kategori kelas high risk,” kata dia.
Potensi Cadangan Migas Raksasa
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan temuan baru pemerintah berupa potensi minyak bumi raksasa yang mencapai 27 miliar barel di Cekungan Warim, Papua.
“Warim itu ada potensi 27 miliar barel. Itu saya pikir potensi luar biasa karena biasanya kalau ada minyak, pasti ada gas juga," kata Luhut dalam 2nd Edition Marine Spatial Planning & Services Expo 2023, di Jakarta, Selasa (19/9).
Luhut menyebut potensi harta karun baru itu tengah ditindaklanjuti secara mandiri oleh PT Pertamina. Namun, karena area Warim merupakan hutan lindung, maka ada cara khusus yang dilakukan untuk menggarap potensi migas di area tersebut. Ia juga memastikan telah membahas rencana eksplorasi di area Warim dengan Kementerian LHK.
“Pertamina sampai hari ini (eksplorasi) sendiri. Jadi, Warim itu memang ada sedikit masalah karena itu hutan lindung. Tapi, mungkin mereka mau mengebor miring,” katanya.