PT Pertamina (Persero) atau Pertamina telah melakukan penyesuaian dengan mengarahkan proyek revitalisasi kilang selama dua tahun terakhir.
Tujuannya agar tidak hanya untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk kilang tetapi juga memproduksi produk green energy seperti petrokimia, gas dan turunannya.
Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat rapat bersama Komisi VII DPR RI.
“Kami menyesuaikan sejak dua tahun terakhir. Jadi kami prioritaskan adalah kita melakukan revitalisasi, meningkatkan kualitas kilang yang ada, karena kilang-kilang dibangun sudah cukup lama,” ucap Nicke, dalam keterangan tertulis, Rabu (22/11).
Nicke menjabarkan, Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan sudah beroperasi sejak Juni 2022, sehingga kapasitas produksi nasional bertambah 25.000 barel per hari.
Saat ini, sedang berjalan RDMP Balikpapan dengan dua milestone yaitu menambah kapasitas kilang 100.000 barel per hari dan meningkatkan kualitas BBM dari standar Euro 2 menjadi Euro 5.
Dalam kaitannya dengan transisi energi, Nicke menjelaskan bahwa Pertamina tengah mengembangkan proyek Green Refinery di Kilang Cilacap, Plaju dan Dumai.
Ditambah dengan Pembangunan Petrochemical Complex di Balongan dan TPPI, serta Hilirisasi Gas di Bintuni dan Bojonegoro.
Dalam kesempatan yang sama, Nicke didampingi CEO Subholding Commercial & Trading Pertamina Riva Siahaan juga menyampaikan berbagai upaya yang dilakukan Pertamina dalam melakukan pengendalian penyaluran atas BBM dan LPG Subsidi, agar lebih tepat sasaran.
Bekerjasama dengan lintas instansi, upaya tersebut berhasil membantu Pertamina dapat melakukan penghematan sebesar 1,3 Juta kilo liter (KL) untuk Solar Subsidi dan 1,7 Juta KL untuk Pertalite.
Perihal potensi over kuota BBM dan LPG subsidi Nicke menjelaskan bahwa hal tersebut dipengaruhi pertumbuhan ekonomi positif nasional.
“Dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik ini, ada kemungkinan terjadinya over kuota yaitu untuk Solar dan LPG. Walaupun over kuota, serta ada peningkatan dari volume, tetapi dari sisi kebutuhan anggaran sangat aman,” ujar Nicke.
Nicke juga memastikan kesiapan Pertamina dalam mengamankan pasokan BBM dan LPG jelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024.
“Kami pastikan bahwa rata-rata stok kita adalah antara 21 sampai 26 hari, untuk menjaga keamanan stok yang kami pastikan Natal dan Tahun Baru ini akan berjalan dengan lancar,” imbuhnya.
Pada agenda paparan terakhir Nicke didampingi CEO Subholding Upstream, Wiko Migantoro, juga memaparkan kinerja dan strategi Perusahaan dalam meningkatkan produksi Migas.
Menurutnya, secara garis besar produksi migas Pertamina mengalami pertumbuhan rata-rata 8 persen.
Hal ini dihasilkan dari upaya Pertamina yang melakukan pengeboran secara massif dan agresif, baik untuk sumur eksplorasi dan eksploitasi yang mencapai 820 sumur maupun pemeliharaan sumur (Workover) sebanyak 32.530 sumur.
Saat ini, lanjut Nicke, secara keseluruhan Pertamina mengelola 30 persen blok migas nasional, namun kontribusi dalam produksi migas nasional mencapai 68 persen.
“Kami berterima kasih atas dukungan DPR, karena ini merupakan komitmen kita bersama untuk memberikan suplai yang cukup bagi masyarakat hingga akhir tahun yang tinggal satu setengah bulan lagi,” terang Nicke.
Adapun, Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.