SKK Migas Akui Target Produksi Minyak 1 Juta Barel 2030 Sangat Berat

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Seapup 1 Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) saat perawatan salah satu sumur minyak dan gas di lepas pantai utara Indramayu, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023).
Penulis: Mela Syaharani
23/11/2023, 17.49 WIB

Pemerintah menargetkan produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas bumi 12 miliar standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada 2030. SKK Migas mengakui target tersebut sangat menantang dan berat lantaran sebagian besar lapangan migas yang sudah mature sehingga produksinya turun secara alamiah.

“Target satu juta bph cukup atau sangat-sangat menantang dan berat. Karena secara aset mungkin 80-90% lapangan kita sudah mature, tekanan berkurang dan lain sebagainya,” kata Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf dalam acara Forum Kapasitas Nasional 2023 pada Kamis (23/11).

Kendati demikian, Nanang menyebut pemerintah masih terus berusaha meningkatkan recovery factor. Selain itu Nanang menjelaskan pemaksimalan produksi migas juga dilakukan melalui cara-cara lain, seperti menggunakan metode Enhanced oil recovery (EOR), chemical, bakteri, injeksi CO2 atau dengan steam flood.

“Kita paling tidak harus mendekati angka tersebut, kalau enggak devisa kita nanti buat impor,” ujarnya. “Jika produksi tidak dapat mendekati target maka akan semakin besar kekurangan yang harus ditutupi. Kalau kita hanya mengandalkan produksi saat ini tidak ada upaya-upaya lagi, kemungkinan harus impor”.

Selain peningkatan produksi, pemerintah juga akan melakukan eksplorasi di beberapa blok seperti Geng North hingga Blok Andaman.

Sebelumnya SKK Migas mengatakan bahwa sektor hulu migas membutuhkan investasi senilai US$186,7 miliar atau sekira Rp 2,86 kuadriliun untuk mencapai target produksi pada 2030.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan sektor hulu migas berupaya meningkatkan produksi migas guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi. Pada 2050, volume konsumsi minyak diperkirakan naik 139%, sementara volume konsumsi gas diprediksi naik 298%.

Dwi melanjutkan, dukungan investasi diperlukan agar kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan migas bisa dilakukan secara masif. Iklim investasi di sektor hulu migas terus diperbaiki melalui pemberian insentif dan perubahan kebijakan fiskal.

“Daya tarik investasi di sektor hulu migas di Indonesia sebenarnya sudah membaik, tapi masih ada hal-hal yang harus terus diperbaiki,” kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, dikutip dari siaran pers pada Rabu (6/9).

Reporter: Mela Syaharani