Profil Kilang Tangguh LNG Train III, Penghasil LNG Terbesar Indonesia

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/nym.
Peresmian Proyek Tangguh Train III oleh Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri ESDM Arifin Tasrif (kelima kanan), Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia (kempat kanan), Menteri Sekretariat Negara Pratikno (ketiga kiri), Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto (ketiga kanan), EVP gas and lower carbon energy Anja-Isabel Dotzenrath (kempat kiri), Pj. Gubernur Papua Barat Ali Baham Temongmere (kedua kanan).
Penulis: Mela Syaharani
24/11/2023, 18.28 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan proyek gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) Tangguh Train III di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat pada Jumat (24/11). Jokowi menyebut, proyek LNG tersebut merupakan penghasil LNG terbesar di Indonesia.

"Puji dan syukur alhamdulillah hari ini kita akan meresmikan Proyek Tangguh Train III, penghasil gas bumi terbesar di Indonesia. Berkontribusi signifikan mendukung target produksi gas 12 standar kaki kubik per hari pada 2030,” ujar Jokowi dalam keterangan resminya pada Jumat (24/11).

Jokowi mengaku senang dengan adanya proyek ini sebab dapat menyerap banyak tenaga kerja. Diketahui saat ini 70% tenaga operasional Tangguh adalah pekerja dari Provinsi Papua Barat dan Papua. Jokowi menyebut jumlah persentase tenaga kerja setempat akan ditingkatkan menjadi 85% pada 2029.

“Ini sangat bagus dan 105 teknisi operasi dan pemeliharaan kilang LNG adalah Putra Putri Papua Barat dan Indonesia yang telah direkrut sejak SMA yang menjalani program pendidikan dari BP di Berau," lanjut Jokowi.

Direncanakan Sejak 2011

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, rencana pembangunan Tangguh Train 3 mulai muncul pada 2011. Dirjen Migas Kementerian ESDM saat itu, Evita H. Legowo mengatakan adanya perencanaan ini juga akan dilakukan bersama proyek lainnya.

"Untuk Train III dan IV akan dikerjakan secara paralel antara dengan kompleks petrokimia," kata Evita pada akhir September 2011.

Namun ketika itu pemerintah masih dalam tahap memastikan potensi gas di lapangan tersebut. Setahun kemudian, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP MIGAS) mengatakan siap untuk menyetujui Plan of Further Development (POFD) atau rencana pengembangan lanjutan untuk lapangan gas Tangguh di Papua.

Presiden Joko Widodo resmikan kilang Tangguh Train 3 (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/nym.)

Sebagai informasi, BP Migas ini merupakan lembaga yang dibentuk pada 2002 dan dibubarkan pada 2012. Selanjutnya fungsi badan ini digantikan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

"Namun BP Berau Ltd sebagai operator di blok tersebut masih perlu memberikan klarifikasi untuk beberapa hal, antara lain tentang pembebanan biaya," kata Deputi Perencanaan BP Migas Widhyawan Prawiraatmadja awal Oktober 2012.

Klarifikasi tersebut terkait dengan usaha-usaha untuk mempertahankan penerimaan negara dari Tangguh Train I dan Train II yang ketika itu sudah berproduksi. "Kami ingin penerimaan negara dari kilang LNG Tangguh Train I dan Train II tidak berkurang karena adanya pengembangan kilang LNG Tangguh Train 3."

Empat tahun kemudian, pada pertengahan 2016, keputusan investasi akhir (FID) menemui titik terang. Menteri ESDM kala itu, Sudirman Said didampingi Wakil Gubernur Papua Barat menyaksikan diputuskannya FID proyek pembangunan Kilang LNG Tangguh Train III, yang ditandai dengan penyerahan empat dokumen FID.

Diputuskannya FID merupakan tonggak dilanjutkannya proyek hulu migas di Papua Barat. Penyerahan dokumen FID dilakukan oleh Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi kepada BP Regional President Asia Pacific, Christina Verchere.

Dokumen yang disampaikan oleh SKK Migas kepada BP meliputi; pertama, persetujuan nilai authorization for expenditure (AFE) untuk proyek Tangguh Train III, baik untuk fasilitas darat maupun lepas pantai.

Kedua, persetujuan penunjukan pelaksana proyek (EPC Award) untuk pembangunan Kilang LNG dan fasilitas gas lepas pantai (platform dan pipa penyalur). Ketiga, persetujuan pasokan gas untuk pabrik pupuk di Papua. Keempat, persetujuan pembiayaan kilang LNG.

Proyek Kilang LNG Tangguh mencakup tiga blok wilayah kerja, yakni Berau, Muturi dan Wiriagar. Train III menambah 2 anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga LNG baru, dan infrastruktur pendukung lainnya.

SKK Migas telah menyetujui seluruh AFE serta penunjukan pemenang pengadaan barang dan jasa untuk proyek ini. Selanjutnya, engineering, procurement and construction (EPC) diharapkan dilakukan pada kuartal III 2016, yang dilanjutkan dengan masa konstruksi.

Proyek Kilang LNG Tangguh Train III dioperasikan oleh BP Berau Ltd yang memegang saham mayoritas yakni 37,16%. Terdapat enam kontraktor mitra Tangguh lainnya yang digandeng BP yakni MI Berau BV (16,30%), CNOOC Muturi Ltd (13,90%), Nippon Oil Exploration (Berau) Ltd (12,23%), KG Berau/KG Wiriagar (10,00%), Indonesia Natural Gas Resources Muturi Inc (7,35%) dan Talisman Wiriagar Overseas.

Setelah FID diputuskan, sebulan kemudian pada Agustus 2016 SKK Migas menandatangani dokumen persetujuan pembiayaan proyek Tangguh Train III dengan sejumlah pihak.

Pemberi pinjaman nasional terdiri dari Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan PT Indonesia Infrastructure Finance.

Sementara bank asing yang terlibat terdiri dari afiliasi dari Mizuho Bank, Bank of China, China Construction Bank, The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Sumitomo Mitsui Banking Corporation, DBS Bank, United Overseas Bank, BNP Paribas, Credit Agricole Corporate and Investment Bank.

Lalu Oversea-Chinese Banking Corporation, Korea Development Bank, Shinsei Bank, dan KfW Bank. Penandatanganan sisa fasilitas pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan lembaga multilateral akan dilakukan kemudian.

Fasilitas pinjaman komersial yang ditandatangani ini merupakan bagian dari paket pinjaman senilai total US$ 3,745 miliar atau sekitar Rp 50,557 triliun dengan kurs yang berlaku ketika itu.

Terkendala Pandemi Covid-19

Dalam perjalanannya proyek Tangguh Train III sempat terkendala Pandemi Covid-19, dengan adanya dua kali outbreak atau penyebaran besar, yang membuat proyek terhenti.

Pada Juni 2022 Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji pembangunan proyek Tangguh Train III sudah hampir selesai. “Progress pembangunan Train 3 sudah bagus, sudah mencapai 90% lebih," kata Tutuka dalam siaran pers, Rabu (22/6/22).

Lalu akhir tahun 2022, SKK Migas melaporkan progres pembangunan proyek LNG Tangguh Train III telah mencapai 99% selesai. Kemajuan proyek dibagi ke dalam aspek kegiatan eksplorasi gas di wilayah lepas pantai atau offshore, maupun kegiatan pengembangan kilang di wilayah daratan yang mendekati laut atau onshore.

Pengembangan proyek Tangguh Train 3 disebut juga meliputi implementasi konsep enhanced gas recovery (EGR) dengan menginjeksikan gas CO2. Gas ini berasal dari tiga train LNG melalui teknologi penangkapan, penggunaan, dan penyimpanan karbon (CCUS) di Lapangan Ubadari pada 2026.

"CCUS akan dibangun bersamaan dengan pengembangan lapangan Ubadari yang diperkirakan akan onstram pada kuartal tiga 2026," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Mohammad Kemal.

Presiden Joko Widodo resmikan kilang Tangguh Train 3 (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/nym.)

Molornya Pengiriman LNG Pertama

Pemerintah awalnya menargetkan first drop dari proyek LNG Tangguh Train III dapat dilakukan pada Maret 2023. Namun, target ini tidak dapat tercapai.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan bahwa BP selaku operator Proyek Tangguh LNG Train III lebih dulu menguji coba operasi sebelum proyek tersebut bisa beroperasi penuh atau onsteram.

Dwi menambahkan, apabila Proyek LNG Tangguh Train 3 sulit berjalan pada Maret mendatang, SKK Migas mendesak BP agar bisa menjalankan proyek tersebut pada semester I tahun 2023. "Kami masih usahakan sesuai jadwal, paling tidak di semester satu," ujarnya Selasa (21/2).

Pada April lalu Kementerian ESDM menyampaikan adanya potensi penalti kepada BP imbas penundaan masa operasi komersial Proyek LNG Tangguh Train III. Proyek ini ditargetkan berjalan pada November.

SKK Migas memperkirakan potensi besaran nilai penalti yang harus ditanggung oleh BP Indonesia, imbas penundaan masa operasi komersial Proyek LNG Tangguh Train III, mencapai US$ 400 juta atau setara Rp 5,9 triliun.

Pengenaan denda berawal dari penundaan kontrak pembelian gas karena pandemi Covid-19. Proyek Tangguh Train III awalnya ditargetkan beroperasi pada kuartal III 2021. Kemudian mundur menjadi Maret 2023.

Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi menjelaskan, beban asli yang harus ditanggung oleh BP mencapai US$ 700 juta. Tanggungan itu berhasil disusutkan sebesar US$ 300 juta, menyusul langkah perusahaan yang menjadwal ulang kontrak pembelian gas dengan sejumlah pembeli potensial.

Operasi Pertama

Kilang LNG Tangguh Train III di Papua Barat mulai beroperasi secara komersial pada 19 Oktober 2023 dengan mengirim kargo LNG pertamanya kepada PLN.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa mulai beroperasinya kilang LNG ini secara komersial merupakan capaian kemajuan yang luar biasa dari sebuah proyek strategi nasional yang besar.

"Pengapalan pertama kargo LNG ke PLN ini juga memberikan sinyal positif terhadap daya serap gas dalam negeri yang akan digunakan untuk menjawab tantangan energi Indonesia”, kata Dwi.

Kargo LNG pertama ini melakukan perjalanan menuju fasilitas regasifikasi PLN di Arun, provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dimulainya operasi Tangguh Train 3 ini akan menambah produksi LNG sebanyak 3,8 juta ton. Bahkan secara tahunan, jumlah produksinya menyentuh angka 11,4 juta ton.

Satu bulan pasca pengiriman pertamanya, proyek Tangguh Train III akhirnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo bersama sejumlah Menteri dan pihak terkait.

Jokowi menyampaikan, proyek Tangguh Train III dibangun dengan investasi US$ 4,83 miliar atau setara Rp 72,45 triliun rupiah. Proyek ini akan meningkatkan kapasitas produksi tahunan Tangguh LNG menjadi 11,4 juta ton per tahun.

Menteri ESDM Arifin Tasrif memastikan peresmian ini sebagai penanda dimulainya operasi komersil dari Train III. Sekaligus menegaskan kontribusi Tangguh terhadap ketahanan energi bangsa serta dukungannya yang kuat pada program transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.

Selaras dengan apa yang disampaikan Jokowi, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan bahwa beroperasinya secara penuh Tangguh LNG akan meningkatkan produksi gas nasional. Tak hanya itu, proyek ini juga memperkuat peran industri hulu migas di era transisi energi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

“Tangguh Train III diharapkan bisa beroperasi kapasitas penuh di awal Desember sehingga semakin memperkuat neraca gas nasional dan mendukung kebutuhan domestik,” kata dia.

Reporter: Mela Syaharani