Harga minyak turun hampir 4% pada Rabu (6/12) ke level terendah sejak Juni 2023 dipicu kekhawatiran kehancuran permintaan energi global di tengah meningkatnya pasokan minyak mentah.

Brent ditutup turun US$ 2,90 atau 3,8% ke US$ 74,30 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 2,94 atau 4,1% ke level di bawah US$ 70 per barel, tepatnya US$ 69,38.

“Ada kehancuran permintaan yang akan datang dari sisi bahan bakar,” kata analis pasar energi BOK Financial, Dennis Kissler, seperti dikutip Reuters, Kamis (7/12). “Pasar sekarang lebih fokus pada sisi permintaan daripada supply”.

Kekhawatiran terhadap kesehatan perekonomian Cina dan permintaan bahan bakar di negara tersebut juga membebani harga, terutama sehari setelah lembaga pemeringkat Moody's menurunkan prospek peringkat A1 Cina menjadi negatif dari stabil.

Sementara Amerika Serikat mencatatkan lonjakan persediaan bensin hingga 5,4 juta barel pekan lalu, lebih dari lima kali lipat kenaikan 1 juta barel yang diperkirakan para analis. Harga bensin berjangka AS anjlok ke level terendah dalam dua tahun terakhir.

“Meskipun saat itu bukan musim puncak bensin, permintaan selama liburan panjang Thanksgiving akhir pekan lesu, kata analis energi Again Capital LLC, John Kilduff. Permintaan bensin di AS pekan lalu lebih rendah 2,5% dari rata-rata musiman 10 tahun terakhir.

Dolar AS juga menyentuh level tertingginya dalam dua minggu, yang menekan permintaan dengan membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS tidak banyak mendukung harga. Persediaan minyak mentah turun 4,6 juta barel, jauh melebihi penurunan 1,4 juta barel yang diperkirakan para analis.

OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia akhir pekan lalu menyetujui pengurangan produksi sukarela sekitar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun 2024.

Pekan ini, para pejabat Saudi dan Rusia mengatakan pemotongan tersebut akan mencegah penumpukan persediaan minyak pada kuartal pertama dan dapat diperpanjang atau diperdalam.

Meskipun pasokan OPEC+ dibatasi, harga telah turun hampir 11% sejak penyelesaian pada 29 November, sehari sebelum pertemuan OPEC+.

Pada hari Rabu, Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab dan Arab Saudi untuk bertemu dengan Presiden UEA Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Minyak dan OPEC+ menjadi agendanya.

Harga minyak mentah AS di masa depan berada pada titik tertinggi yang mendorong kenaikan harga minyak mentah, sebuah tanda pasokan yang cukup dan meningkatnya kekhawatiran akan lambatnya permintaan.