Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Kekhawatiran Pasokan Berlebih

medcoenergi
Blok Migas Rimau.
Penulis: Happy Fajrian
12/12/2023, 11.53 WIB

Harga minyak naik pada perdagangan Selasa (12/12) di tengah kekhawatiran pasokan berlebih dan melemahnya permintaan. Pasar juga bergerak lebih hati-hati menjelang pengumuman suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve, dan data inflasi.

Minyak mentah Brent naik 26 sen atau 0,3% menjadi US$ 76,29 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik 26 sen atau 0,4% menjadi US$ 71,58 per barel.

“Semua perhatian pasar akan tertuju pada data consumer price index (CPI) hari ini yang berpotensi mempengaruhi pembuat kebijakan AS dalam menentukan suku bunga kebijakan,” kata analis pasar IG, Yeap Jun Rong, seperti dikutip Reuters.

Data inflasi AS rencananya akan diumumkan hari ini, sedangkan rapat dua hari komite pasar terbuka federal AS (FOMC) untuk menentukan suku bunga acuan akan berakhir pada Rabu (13/12).

The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga. Namun pada pertemuan bulan lalu masih banyak pejabat bank sentral yang masih khawatir dengan kondisi inflasi, sehingga membuka peluang untuk pengetatan lebih lanjut jika dibutuhkan.

“Perkembangan inflasi lebih lanjut akan diawasi untuk memvalidasi efektivitas kebijakan pembatasan yang ada saat ini dan memberikan lebih banyak ruang bagi Fed untuk menimbang penurunan suku bunga pada 2024 jika kondisi ekonomi memburuk,” kata Yeap.

Hal yang juga mendorong kenaikan harga minyak adalah sebuah rudal jelajah yang diluncurkan dari Yaman yang dikuasai Houthi, menghantam sebuah kapal tanker kimia komersial, menyebabkan kebakaran dan kerusakan namun tidak ada korban jiwa.

Serangan tersebut adalah salah satu serangan terbaru yang dilakukan kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran terhadap kapal-kapal di Laut Merah, yang meningkatkan ketegangan geopolitik di wilayah tersebut dan meningkatkan risiko keselamatan bagi kapal tanker di jalur pelayaran penting.

Sementara itu, investor minyak tetap skeptis bahwa total pasokan akan turun setelah kelompok OPEC+ berjanji untuk memangkas 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun 2024, karena pertumbuhan produksi di negara-negara non-OPEC diperkirakan akan menyebabkan kelebihan pasokan pada tahun depan.

“Pemotongan sukarela ini mungkin tidak akan berlangsung lama,” kata para analis dan pedagang, “karena harga fisik dan kontrak berjangka minyak mentah menunjukkan tanda-tanda surplus yang meningkat menjelang penerapannya.”

“Pertumbuhan operasi minyak serpih AS terus memberikan kejutan positif, sementara keuntungan di produsen non-OPEC lainnya sangat besar,” kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

Secara teknikal, baik WTI maupun Brent berada dalam struktur pasar contango, ketika kontrak segera lebih sedikit dibandingkan kontrak yang jatuh tempo di kemudian hari, untuk beberapa bulan pertama tahun 2024. Hal ini menunjukkan investor merasa adanya permintaan minyak mentah yang lebih rendah atau pasokan yang memadai untuk bulan-bulan tersebut.

“Pasar akan mendapat pandangan baru mengenai fundamental ketika OPEC dan Badan Energi Internasional merilis laporan bulanan pasar minyak minggu ini. Pasar minyak juga mengamati negosiasi di COP28,” kata analis ANZ.

Koalisi lebih dari 100 negara telah mendorong tercapainya kesepakatan yang untuk pertama kalinya menjanjikan berakhirnya era minyak, namun mendapat tentangan dari anggota OPEC.