Sejarah PT Smelting, Pabrik Pengolahan Tembaga Pertama di Indonesia

Wahyu Dwi Jayanti | KATADATA
Suasana pabrik pemurni tembaga PT Smelting, Gresik, Jawa Timur, Kamis (20/6/2019)
Penulis: Sorta Tobing
14/12/2023, 17.22 WIB

PT Smelting akan menambah kapasitas peleburan konsentrat tembaga hingga 300 ribu ton menjadi 1,3 juta ton per tahun pada Mei 2024. Presiden Joko Widodo hadir meresmikan proyek ekspansi tersebut di pabrik perusahaan, Gresik, Jawa Timur. 

Jokowi meyakini peningkatakan kapasitas dapat mengerek capaian produk setengah jadi, yaitu anoda dan katoda tembaga. Langkah tersebut juga dapat meningkatkan pertumbuhan industri baru yang berorientasi penciptaan produk hilir.

"Akan muncul industri baru, seperti yang sudah dan juga dalam proses pembangunan untuk copper foil," kata Jokowi saat memberi sambutan peresmian ekspansi PT Smelting, Kamis (14/12). 

Hadir dalam acara itu Direktur Utama Freeport McMoran sekaligus Komisaris Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Richard Adkerson, Direktur Utama PT Smelting Hideya Sato, Direktur Utama Mitsubishi Materials Corporation Naoki Ono, dan Direktur Utama PTFI Tony Wenas.

Smelter tembaga di Gresik milik PT Smelting (Wahyu Dwi Jayanti | KATADATA)

Sejarah PT Smelting

Smelting merupakan pabrik pengolahan dan pemurnian alias smelter tembaga pertama di Indonesia. Melansir dari situs resminya, pendiriannya dimulai ketika Freeport mengajak Mitsubishi Material Corporation untuk bekerja sama membangun smelter pada 1994.

Pembangunan pabrik lalu dimulai pada 1996 hingga 1998. Awalnya, smelter tersebut untuk menghasilkan 200 ribu ton katoda tembaga per tahun. Perusahaan lalu berekspansi tiga kali, yaitu pada 2004, 2006, dan 2009, sehingga kapasitasnya mencapai 300 ribu ton per tahun.

Sebagai informasi, kepemilikan saham Smelting terdiri dari Mitsubishi Materials Corporation sebesar 60,5%. Sisanya dimiliki oleh Freeport Indonesia.

Smelting menggunakan teknologi Mitsubishi pada proses peleburan dan teknologi ISA pada proses pemurniannya. Teknologi Mitsubishi terdiri dari peleburan dan konversi untuk menghasilkan tembaga anoda kemurnian tinggi, bermisi rendah, dan konsentrasi sulfur dioksida (SO2) lebih tinggi dari gas buang.

Sedangkan teknologi ISA dipakai untuk menghasilkan tembaga katoda dengan kemurnian 99,99%. Perusahaan mengklaim teknologi ini lebih efisien dari segi pengoperasian dan produktivitas, berbiaya rendah, serta tingkat keselamatan tinggi. 

Dari proses pengolahan dan peleburan tersebut juga menghasilkan produk sampingan, yaitu asam sulfat, terak tembaga, gipsum, lumpur anoda, dan telurida tembaga. Semua produk ini dijual dan digunakan konsumen di dalam dan luar negeri.

Smelter tembaga di Gresik milik PT Smelting (Wahyu Dwi Jayanti | KATADATA)

Rencana Freeport di PT Smelting

Freeport berencana menambah porsi saham pada Smelting dari 39,5% menjadi 65%. Penambahan ini tak lepas dari peran perusahaan yang menjadi investor tuggal dalam proyek ekspansi pabrik. 

Sebab, ekspansi tersebut menggunakan dana Freeport sepenuhnya sebesar US$ 250 juta atau sekitar Rp 3,7 triliun. Rencananya, saham PTFI di Smelting akan meningkat setelah proses ekspansi selesai.

Sejalan dengan itu, Freeport dan Smelting telah menyepakati skema bisnis anyar dengan sebutan mekanisme 'tolling' yang akan secara penuh terjadi pada awal 2024.

Mekanisme tersebut bakal memberikan keluasan bagi Freeport untuk melaksanakan seluruh proses pemasaran. Badan usaha milik negara (BUMN) ini juga memiliki kuasa penuh terhadap kontrak produk sampingan seperti lumpur anoda, asam sulfat, terak tembaga dan tembaga telurida.

Smelting tetap dapat melakukan kegiatan perdagangan tembaga katoda maksimum hingga 2031. Mekanisme tolling sebenarnya sudah dimulai sejak Januari 2023 sebagai bagian daripada masa transisi.

Dalam periode transisi tersebut, proses perdagangan dan kontrak penjualan secara menyeluruh dilakukan oleh Smelting atas nama Freeport Indonesia.

Langkah PTFI untuk memperbesar kapasitas pengolahan smelter milik PT Smelting merupakan upaya untuk merealisasikan proyek hilirisasi tembaga jangka panjang. Komitmen ekspansi tersebut paralel dengan aksi perusahaan yang tengah membangun pabrik peleburan dan pemurnian tembaga baru di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik.