Pemerintah terus mengupayakan pencarian cadangan tembaga baru di Indonesia. Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa eksplorasi akan digiatkan pada tahun depan untuk menambah cadangan yang diperkirakan hanya cukup hingga 25 tahun ke depan.
“Tahun 2024 fokus badan geologi itu eksplorasi. Jadi kita mencari sumber daya termasuk cadangan atau minimal mencari potensi baru,” kata Dadan di kantornya dikutip Senin (18/12).
Dia menambahkan bahwa eksplorasi dilakukan untuk memastikan Indonesia memiliki bahan baku yang cukup untuk mendukung program hilirisasi pemerintah.
“Kami akan melakukan hilirisasi, memastikan cadangan tersebut masih tersedia kemudian melakukan eksplorasi. Kami belum bilang bahwa (cadangan) sudah habis dan tidak ada lagi, kami akan cari lagi (potensi) yang lain,” terang Dadan.
Namun Dadan menegaskan eksplorasi ini tidak hanya difokuskan pada tembaga, melainkan mineral lainnya seperti lithium yang penting untuk industri baterai kendaraan listrik. “Tidak hanya tembaga yang akan kami perdalam, yang lain juga, seperti lithium. Kami belum menyerah soal keberadaan lithium, masih terus kami cari,” kata dia.
Potensi Lithium di Sumur Panas Bumi Dieng
Mengenai lithium, Kementerian ESDM sebelumnya melaporkan adanya potensi sumber daya lithium di wilayah kerja panas bumi (WKP) Dieng, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Kandungan lithium itu belakangan menjadi mineral ikutan yang turut terbawa dari proses pengangkutan uap air di sumur panas bumi.
Direktur Panas Bumi, Harris Yahya, mengatakan bahwa WKP Dieng mengandung potensi sumber daya litium yang produktif. Namun, harris mengaku belum bisa memastikan berapa besar jumlah potensi sumber daya litium yang terletak di WKP milik PT Geo Dipa Energi tersebut.
Adapun Geo Dipa merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan. "Dari studi awal potensi litium dari panas bumi ditemukan potensi yang cukup baik di PLTP Dieng," kata Harris lewat pesan singkat pada Jumat (7/7).
Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Dieng mulai beroperasi sejak 10 Mei 1997 untuk menyedot uap panas dari perut bumi hingga kedalaman 2.641 meter.
Lebih lanjut, kata Harris, pemerintah masih mencari mitra potensial untuk pengembangan mineral ikutan litium tersebut. "Belum, masih cari mitra untuk pengembangannya," ujar Harris.
Sebagai informasi, litium merupakan mineral utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik selain nikel, mangan, dan kobalt. Pengembangan litium di Indonesia dinilai penting untuk mengerek inovasi penciptaan ekosistem baterai kendaraan listrik.