Melimpahnya pasokan gas alam cair atau LNG, pada beberapa tahun kedepan berpotensi munculnya kargo LNG yang tidak memiliki kontrak atau uncommitted cargo. Direktur Utama Pertamina Gas Negara (PGN) Arif Setiawan Handoko mengatakan pihaknya akan menyerap pasokan LNG seluruhnya.
“Itu pasti harus kami serap semuanya, mungkin bermunculannya tidak di 2030 ya, tapi sekitar 2027 atau 2028 sudah mulai ada kargo yang tidak berkontrak,” kata Arif saat ditemui dalam acara Indonesia Mining and Energy Conference 2023 di Jakarta, Selasa (19/12).
Dengan bermunculannya kargo tidak berkontrak ini, PGN berharap dapat mengantongi harga khusus. “Kami berharap harga khusus karena kami juga tidak ingin menaikkan harga gas ke industri atau smelter,” kata dia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji memaparkan bahwasanya realisasi pemanfaatan domestik LNG hingga Juli 2023 mencapai 489,58 billion British thermal unit per day (BBtud).
Berbicara soal keberadaan uncommitted cargo yang diprediksi melimpah pada 2026 hingga 2030, Tutuka menyebut saat ini pihaknya akan mengusahakan ekspor LNG. Hal ini bertujuan untuk menyeimbangkan penerimaan negara. “Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan juga mem-balance dengan ekspor agar keekonomian tetap terjaga,” ujarnya.
Selain itu, SKK Migas memperkirakan pada 2026 hingga 2030 akan semakin banyak uncommitted cargo LNG. Hal ini berdasarkan data neraca gas untuk pemenuhan dalam negeri. Keadaan ini akan membuat pasokan LNG domestik melimpah.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan pasokan LNG domestik yang melimpah ini bukan oversupply. “Hanya saja, dalam neraca LNG saat ini kami sudah memperhitungkan tambahan pasokan dari Tangguh Train 3, Masela, IDD dan lain-lain,” kata Nanang kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu, Kamis (2/11).
Sebagai informasi Train 3, Masela, dan IDD merupakan beberapa kilang LNG yang terletak di Papua Barat, Maluku Tenggara Barat, dan Kutai Basin. Untuk Tangguh Train 3 sendiri sudah mulai beroperasi dan telah mengirimkan kargo LNG pertamanya kepada PLN.
Nanang menjelaskan, untuk permintaan LNG domestik saat ini belum memasukkan kebutuhan dari kenaikan industri dalam negeri. Seperti kebutuhan smelter, kebutuhan pabrik-pabrik baru, sehingga ada potensi uncommitted cargo.
Meskipun terdapat uncommitted cargo, namun Nanang menyebut pihaknya sudah mulai memetakan penyerapannya. “Apalagi dengan adanya kebutuhan-kebutuhan di atas yang masih berupa HoA dan LoI tapi belum masuk neraca,” jelasnya.