SKK Migas memberi persetujuan terhadap dua usulan rencana pengembangan (POD) Enhanced Oil Recovery (EOR) di dua lapangan migas di Blok Rokan.
Usulan POD pertama yaitu dari Lapangan Minas Tahap-1 (Area-A) yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dengan investasi Rp 1,48 triliun.
Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja, SKK Migas, Benny Lubiantara mengatakan POD chemical EOR Minas tahap 1 ini sangat penting sebelum menuju investasi yang lebih masif melalui POD-POD tahap berikutnya.
“Informasi yang diperoleh pada tahap ini diperlukan untuk memitigasi risiko pada saat pengembangan lapangan skala penuh (full scale) nantinya” kata Benny dikutip dari siaran pers pada Selasa (19/12).
Selain Lapangan Minas, SKK juga telah menyetujui POD Steamflood EOR Lapangan Rantaubais Tahap-1 juga telah disetujui dengan investasi Rp. 3,7 triliun pada Jumat (1/12). Dari kedua persetujuan tersebut, maka total investasi proyeknya mencapai Rp 5,18 triliun.
Sebagai informasi, kedua proyek EOR tersebut merupakan bagian dari pemenuhan Komitmen Kerja Pasti di Wilayah Kerja Rokan yang telah dibuat pada saat alih kelola.
“Persetujuan dua POD EOR di akhir 2023 ini menunjukkan bahwa kita semua berkomitmen untuk menyelesaikan secara tuntas, begitu memasuki 2024 menjadi tahun eksekusi untuk implementasi proyek-proyek EOR yang sudah ditunggu oleh banyak pihak,” kata Benny.
Melalui persetujuan POD ini, Minas akan menjadi lapangan pertama di Indonesia yang mengimplementasikan metode Chemical EOR (CEOR) pada skala komersial dengan menggunakan bahan kimia injeksi Alkali-Surfaktan-Polimer (ASP).
Komersialisasi proyek ini menjadi tonggak bersejarah setelah perjalanan panjang pengembangan proyek CEOR sejak tahun 200an yang diinisiasi oleh operator Wilayah Kerja Rokan sebelumnya (Caltex/Chevron).
Untuk diketahui, CEOR merupakan salah satu metode pengurasan lapangan minyak tahap tersier yang dilakukan dengan menginjeksikan bahan kimia tertentu (Polimer, atau Surfaktan-Polimer).
Metode ini dilakukan secara berpola dari sumur injeksi untuk mengubah karakteristik fluida dan batuan reservoir sehingga dapat melepaskan minyak yang terikat di batuan agar dapat mengalir ke sumur produksi.
Metode CEOR diimplementasikan di Lapangan Minas setelah secara maksimal memproduksikan minyak menggunakan metode pengurasan primer serta sekunder (waterflood).
Pada Proyek CEOR Minas Tahap 1 ini akan digunakan pattern-pattern berukuran 18 acres dengan pola injeksi inverted irregular 7-spot dengan target injeksi pada Formasi Reservoir Bekasap dan Bangko.
Perkiraan cadangan minyak tambahan dari pengembangan CEOR Tahap-1 di Lapangan Minas ini mencapai 2,24 juta barel. Adapun puncak produksi minyak pada proyek ini nantinya diperkirakan mencapai 1,566 BOPD.
Proyek ini merupakan tahap awal (proof of expandability) pengembangan CEOR dalam rangka menuju skala lapangan penuh (fullfield scale) di Lapangan Minas yang diidentifikasi memiliki total potensi tambahan cadangan minyak mencapai 500 juta barel pada saat pengembangan skala penuh.
Pada pengembangan lapangan ini akan banyak memanfaatkan sumur-sumur existing sebagai upaya efisiensi biaya proyek. Kendati demikian, akan diperlukan pengeboran sebanyak lima sumur pengembangan baru untuk membentuk pola/pattern injeksi tertentu.
Fasilitas produksi dan injeksi chemical di permukaan juga telah diefisiensikan dengan memanfaatkan fasilitas yang digunakan pada proyek surfactant field trial (SFT-2) pada 2015.