Harga batu bara acuan (HBA) pada Desember 2023 turun signifikan, yakni pada batu bara dengan nilai kalor 6.322 kilo kalori (kcal) per kg GAR yang menjadi acuan harga jual batu bara untuk penyediaan listrik dan bahan bakar di industri domestik, kecuali industri pengolahan dan pemurnian mineral logam.
Harga batu bara dengan nilai kalor ini turun 15,82% menjadi US$ 117,38 per ton dari sebelumnya US$ 139,80 per ton. Penurunan juga terjadi pada batu bara 5.300 kcal yang turun lebih dari 17%. Sementara batu bara 3.400 kcal naik 21%.
Pemerintah menetapkan HBA Desember melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 447.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan Untuk Bulan Desember 2023 yang ditetapkan pada hari ini (20/12).
Dalam aturan tersebut, harga batu bara acuan dibedakan menjadi empat golongan. Secara keseluruhan, keempat golongan harga acuan batu bara ini seluruhnya mengalami kenaikan pada Desember 2023, yaitu:
- Batu bara 6.322 kcal per kilogram (kg) GAR (nilai kalor kotor) senilai US$ 117,38 per ton atau turun 15,82% dari bulan sebelumnya US$ 139,80 per ton.
- HBA I 5.300 kcal per kg GAR ditetapkan US$ 85,92 per ton. Angka tersebut menurun tajam 17,47% dari November di US$ 103,20 per ton.
- HBA II 4.100 kcal per kg GAR ditetapkan sebesar US$ 57,70 per ton atau meningkat 9,61% dari harga bulan sebelumnya US$ 52,86 per ton.
- HBA III 3.400 kcal per kg GAR ditetapkan US$ 34,18 per ton, menguat 21,42% dari harga November US$ 28,49 per ton.
Penetapan HBA ini mengacu pada 227.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang pedoman penetapan harga patokan untuk penjualan komoditas batu bara. Penghitungan harga ini sebelumnya diatur dalam Kepmen ESDM 41.K/MB.01/MEM.B/2023, namun dalam pedoman tersebut belum sepenuhnya menggambarkan transaksi aktual.
Sebagai informasi, Ketua Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu Bara (Aspebindo) Anggawira mengatakan pada 2024 keadaan industri batu bara akan lebih baik.
“Tren ekonomi sudah membaik, nanti akan terjadi rebound. Tapi mungkin harganya hanya meningkat 10-20% jika ada kenaikan,” ujarnya saat ditemui Katadata.co.id dalam acara Indonesia Mining and Energy Conference (IMEC) 2023 di Jakarta pada Selasa (19/12).
Angga menyebut tidak akan ada kenaikan harga besar seperti era pandemi Covid-19 karena Cina sendiri yang merupakan pasar batu bara terbesar bagi Indonesia sudah menimbun stok. Kendati demikian, Angga menjelaskan negara-negara Asia Selatan berpotensi mengalami pertumbuhan ekspor batu bara Indonesia.
“Namun secara finansial agak sulit karena ada beberapa financial institution yang tidak mendukung ekspor ini sehingga transaksinya agar terhambat,” jelas Angga.
Mengenai 2024, Angga menyebut dalam industri dalam negeri yang menjadi tantangan adal harga komoditas itu sendiri. “Dinamika itu yang memang terus menerus harus dicarikan solusinya, karena ada disparitas antara harga dalam negeri dan harga di luar. Itu yang mungkin perlu ada satu rumusan ada win win solution,” ujarnya.