Dibisiki Sri Mulyani, Jokowi Sebut Harga Minyak Tahun Depan Stabil

Antara
Presiden Joko Widodo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (16/12). Foto: Antara
22/12/2023, 14.14 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut pergerakan harga minyak mentah dunia tahun depan cenderung stabil. Harga diperkirakan tak bergejolak meskipun masih adanya kekhawatiran dampak perang Israel-Palestina di Jalur Gaza yang masih berlanjut.

Pernyataan tersebut disampaikan saat Jokowi saat memberikan sambutan pada Seminar Nasional Perekoniman Outlook Indonesia di Hotel St. Regis Jakarta pada Jumat (22/12).

Jokowi mengatakan, gambaran gambaran harga minyak itu merupakan hasil bisikan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sri Mulyani baru saja tiba di Indonesia selepas menghadiri forum Bank Pembangunan Islam (IDB) di Arab Saudi pada pekan lalu.

"Tadi Bu Menteri Keuangan bisik-bisik ke saya 'Pak, urusan harga minyak kelihatannya sudah tidak akan bergejolak naik lagi'. Ini patut kita syukuri," kata Jokowi.

Namun Jokowi meminta jajarannya untuk terus memantau situasi global, terutama pada fluktuasi harga komoditas pangan. Dia menyebut fenonema El-Nino berdampak pada penurunan produksi pangan domestik, terutama beras.

"Saat super El Nino produksi beras kita turun sedikit. Di 2024 juga perkiraan kita masih akan belum kembali ke normal," ujar Jokowi.

Melansir laporan berkala Bloomberg pada Jumat (22/12), harga minyak mentah jenis Brent berada di US$ 79,94 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di level US$ 74,40.

Kenaikan harga minyak dipicu oleh sentimen kekhawatiran investor karena adanya potensi gangguan perdagangan global akibat konflik Houthi dan Israel di Timur Tengah.

Kelompok pemberontak Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, memperingatkan akan menargetkan semua kapal yang berlayar melalui Laut Merah menuju Israel.

Houthi membajak kapal kargo yang mempunyai hubungan kepemilikan dengan Israel di Laut Merah pada November. Mereka juga menyerang beberapa kapal komersial dengan roket dan drone selama dua bulan terakhir.

Dngan adanya kondisi tersebut, kapal-kapal maritim besar memilih untuk menghindari rute Laut Merah, sehingga jalur pelayaran lebih panjang dan biaya transportasi maupun asuransi naik.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu