Inpex Masela Ltd operator proyek lapangan gas abadi Masela menggelar seremonial atau kick off Project Management Team (PMT) LNG Abadi Masela pada hari ini (28/12). Proyek Masela ini sudah menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) sejak September 2017.
Blok Masela diperkirakan dapat menghasilkan 9,5 mtpa atau juta ton LNG per tahun, dengan gas pipa mencapai 150 MMscfd, serta 35 ribu barel kondensat per hari (bcpd). Proyek lapangan abadi ini ditargetkan dapat onstream pada kuartal IV 2029 dan nantinya dapat melakukan pengiriman cargo LNG perdananya pada kuartal pertama 2030.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan sejumlah kerugian yang ditanggung apabila Proyek Abadi Masela tidak dapat berproduksi tepat waktu.
“Yang perlu kita sadari seandainya mundur, kerugian secara finance, dari sisi revenue kita akan kehilangan US$ 5 miliar atau Rp 77 triliun per tahunnya,” kata Dwi dalam acara kick off di Kantor Inpex Jakarta pada Kamis (28/12).
Selain revenue, Dwi menyebut dari sisi belanja modal atau capex jika proyek ini terlambat maka menyebabkan adanya tambahan biaya per tahunnya yang mencapai US$ 1 miliar. Sehingga total kerugiannya mencapai Rp 90 triliun per tahun.
“Satu miliar dolar rasanya kecil, padahal jika dirupiahkan mencapai Rp 15 triliun. Harus menambah biaya segitu, belum lagi biaya tenaga kerja. Jadi begitu besarnya overrun capex apabila proyek ini mengalami kemunduran,” ujarnya.
Guna mengurangi besarnya potensi kemunduran, Dwi menyebut perlunya untuk memulai kick off dengan melakukan analisa potensi. “Hampir semua proyek migas mengalami kemunduran. Kami harapkan bisa percepat prosesnya sehingga tidak mengalami kerugian,” ucapnya.
Sebagai informasi, Proyek Abadi Masela memiliki nilai investasi mencapai US$ 20,9 miliar atau Rp 324 triliun. Besarnya nilai investasi ini hampir tiga kali lipat lebih besar dibandingkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. Proyek ini juga akan menghasilkan pendapatan bagi pemerintah sebesar US$ 37,8 miliar atau Rp 586 triliun.
Proyek Masela semakin menunjukkan titik terang berkat terbentuknya konsorsium baru pengelola blok tersebut. Tidak hanya Inpex, Pertamina Hulu Energi Masela dan Petronas juga turut ambil bagian dalam lapangan gas abadi tersebut.
Masela juga akan menjadi proyek LNG pertama yang memiliki carbon capture storage (CCS) di dalamnya. Adanya CCS sebelumnya telah dimasukkan dalam rencana pengembangan atau POD revisi kedua yang sebelumnya telah disetujui oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif pada November lalu.
CCS dalam proyek ini memiliki kemampuan injeksi CO2 sebesar 71-80 juta ton serta kapasitas penyimpanan hingga 1,2 giga ton.