Produksi minyak Indonesia saat ini berada di bawah 600 ribu barel per hari (bph). Pemerintah mematok target lifting minyak pada 2030 mencapai 1 juta bph, sedangkan kinerja lifting terus turun dalam beberapa tahun terakhir.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (Sekjen DEN) Djoko Siswanto mengatakan bahwa untuk mencapai target tersebut tidak dapat menggunakan strategi business as usual yang saat ini banyak digunakan, melainkan juga harus menggenjot eksplorasi, enhance oil recovery, dan meningkatkan reserve to production (RtoP).
“Business as usual tidak dapat meningkatkan jumlah produksi. Karena bisnesss as usual itu kita tahu semua bahwa produksi akan terus menurun, apapun yang dilakukan,” kata Djoko dalam Energy Corner CNBC Indonesia pada Selasa (10/1).
Selain hanya mengandalkan business as usual, Djoko menyebut kendala naiknya produksi minyak juga dikarenakan tidak berproduksinya lapangan-lapangan migas yang sudah ditemukan. “Ini kendalanya juga berkaitan dengan masalah keekonomian baik dari EOR maupun RtoP. Perlu diberikan insentif oleh negara,” ujarnya.
Dia menyebut, negara sudah menyediakan anggaran melalui production sharing contract agreement (PSC) mencapai US$ 2,5 miliar. “Dari jumlah tersebut, US$ 400 juta sudah digunakan oleh Pertamina untuk eksplorasi di lepas pantai. Masih ada sekitar US$ 2 miliar yang bisa kita gunakan untuk eksplorasi,” kata dia.
Menurut Djoko pemaksimalan empat cara tersebut secara bersamaan akan dapat menaikkan produksi minyak. “Memang harus dilakukan bersama-sama kalau hanya satu cara saja ya nggak bisa naik,” ujar dia.
Sebagai informasi, Pemerintah saat ini tengah berharap pada Blok Rokan, Riau, untuk menggenjot produksi minyak. Kementerian ESDM masih menunggu hasil kajian dari penajakan sumur migas nonkonvensional (MNK) di blok migas terbesar di Indonesia itu.
“Bulan Juni mudah-mudahan sudah ada kesimpulannya,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif, saat ditemui di kantornya. Jakarta, Jumat (5/1).
Untuk diketahui, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) telah melakukan tajak perdana sumur MNK di Blok Rokan. Tepatnya di Lapangan Gulamo, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir pada Juli 2023.
Di lokasi yang sama, pada kedalaman 9 ribu kaki, terdapat indikasi adanya hidrokarbon. Selain Lapangan Gulamo, tajak sumur juga akan dilakukan di Lapangan Kelok pada wilayah kerja yang sama. “Sekarang rig (alat pengeboran) sudah pindah ke sumur kedua,” ujar Arifin.
Pengembangan dari dua sumur MNK tersebut diproyeksi dapat memberi kontribusi produksi minyak pada 2025. Lalu, secara bertahap dapat menyumbang 60 ribu sampai 70 ribu barel per hari (bopd) pada 2030. “Tapi kalau tidak ada potensi nanti kita akan impor,” ujarnya.