Potensi migas di wilayah Natuna, khususnya Blok Tuna tak kunjung dieksplorasi. Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan pentingnya penguasaan gas di Natuna segera dilakukan.
“Penguasaan gas ini penting. Sebab ini merupakan sumber daya alam yang dapat dieksploitasi oleh Indonesia,” kata Hikmahanto saat dihubungi Katadata.co.id dikutip Kamis (11/1).
Hikmahanto menyebut, untuk wilayah Natuna Utara memang Indonesia bermasalah dengan Cina. “Meski kedua negara tidak menganggap ada masalah mengingat masing-masing negara tidak mengakui klaim,” ujarnya.
Klaim yang dimaksud disini merupakan klaim Cina atas 10 garis putus yang tidak diakui Indonesia. Begitu pula dengan Cina yang tidak mengakui klaim atas landas kontinen Indonesia.
“Menurut saya Indonesia terus lakukan eksplorasi dan eksploitasi gas di Natuna Utara dan mengabaikan apabila muncul protes dari Cina,” kata dia.
Pendapat mengenai percepatan pemanfaatan potensi di Natuna Utara juga dikemukakan oleh Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi.
“Saya kira potensinya cukup besar serta dari segi geografi juga sangat strategis apabila dikelola baik itu untuk diekspor maupun pemenuhan kebutuhan dalam negeri,” kata Fahmy saat dihubungi Katadata.co.id pada Rabu (10/1).
Menurut Fahmy, potensi migas di Natuna Utara dapat menjadi salah satu sumber penghasilan bagi negara di tengah produksi minyak mentah di Indonesia yang semakin menurun.
“Jadi kecenderungan minyak mentah itu semakin turun tapi gasnya kan masih meningkat. Diantaranya dari Natuna, yang itu barangkali harus segera dieksplorasi dan dieksploitasi,” ujar Fahmy.
Pemanfaatan potensi cadangan yang memberi dampak positif bagi negara juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro. “Diinformasikan memiliki cadangan yang besar jadi kalau bisa dikomersialkan, saya kira akan menambah dan memperbaiki keadaan neraca gas nasional kita,” ujarnya.
Namun Komaidi menerangkan bahwa dalam pemanfaatan gas Natuna ini masih terdapat beberapa hal teknis yang menjadi bahasan antara pemerintah dengan calon pengelola. “Saya kira belum ada titik temu diskusi antar pihak tersebut. Mungkin mengenai bagi hasil dan lainnya yang masih terus didiskusikan,” ujarnya.
Sebelumnya, Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyebut, perlunya adanya penguasaan gas di Natuna Utara oleh Indonesia.
“Begitu saya menjadi presiden, kita tunjukan kedaulatan kita, gas yang ada di Natuna Utara harus dieksploitasi oleh kita sendiri untuk menunjukan power kita kepada dunia,” kata Ganjar dalam Debat Ketiga Capres 2024 pada Minggu (7/1).