Iran menangkap sebuah kapal tanker minyak di Laut Merah, di lepas pantai Oman pada Kamis (11/1). Militer Iran menyatakan penangkapan kapal tanker bernama St Nikolas ini sebagai balasan atas pencurian minyak oleh Amerika Serikat (AS) tahun lalu.
Pada 21 September 2023, AS menangkap dan menyita 1 juta barel minyak mentah Iran yang diangkut kapal ini, sebelumnya bernama Suez Rajan. Penangkapan dan penyitaan kargo kapal tanker tersebut sebagai bentuk penegakkan sanksi terhadap Iran.
AS mengatakan pada saat itu bahwa Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran telah berusaha mengirim minyak selundupan Iran ke Cina, yang merupakan pelanggaran terhadap sanksi AS. Teheran memperingatkan bahwa tindakan tersebut tidak akan dibiarkan begitu saja.
“Setelah pencurian minyak Iran oleh Amerika tahun lalu, kapal tanker St Nikolas disita oleh Angkatan Laut Iran atas perintah pengadilan dan akan diarahkan ke pelabuhan Iran,” kata kantor berita semi-resmi Iran, Fars yang mengutip pernyataan angkatan laut negara tersebut, pada Kamis (11/1).
Penyitaan kapal St Nikolas yang berbendera Kepulauan Marshall ini bertepatan juga dengan serangan kelompok milisi Houthi Yaman, yang didukung Iran, selama beberapa minggu terakhir di Semenanjung Arab dan Laut Merah, yang semakin meningkatkan tensi di kawasan Timur Tengah.
Di Washington, Pentagon mengatakan bahwa pasukan Iran secara tidak sah menaiki kapal St Nikolas di Teluk Oman, dan memaksannya mengubah arah menuju perairan teritorial Iran. Sementara itu Gedung Putih mengutuk aksi militer Iran tersebut.
“Tidak ada pembenaran apa pun untuk menyitanya, tidak ada alasan apapun. Mereka harus melepasnya,” kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (12/1).
Sementara itu Wakil Laksamana Brad Cooper, Komandan Armada Kelima Angkatan Laut AS mengatakan bahwa tindakan Iran bertentangan dengan hukum internasional dan mengancam keamanan dan stabilitas maritim.
Penyusup bersenjata menaiki kapal St Nikolas saat kapal tersebut berlayar dekat kota Sohar di Oman, menurut perusahaan keamanan maritim Inggris Ambrey, dan sistem pelacakan AIS-nya dimatikan saat kapal tersebut menuju ke arah pelabuhan Bandar-e-Jask di Iran.
Kapal tersebut memuat sekitar 145.000 metrik ton minyak, yang dibeli oleh perusahaan migas Turki Tupras, dari pelabuhan Basra di Irak dan menuju ke Aliaga di Turki barat melalui Terusan Suez.
“Komunikasi dengan kapal tanker minyak, St Nikolas, di bawah bendera Kepulauan Marshall dan dimiliki oleh pemilik kapal Yunani Empire Navigation telah terputus sekitar pukul 06:30 pada 11 Januari di perairan Oman,” tulis pernyataan Tupras.
Dukungan Terhadap Hamas Palestina
Pasukan Iran sebelumnya telah menyita kapal tanker ketika ketegangan meningkat dengan AS dan negara-negara Barat lainnya. Teheran mengatakan pihaknya tidak ingin melihat konflik antara Israel dan Hamas meningkat menjadi perang yang lebih luas.
Iran adalah pendukung utama kekuatan yang menentang Israel yang mereka juluki sebagai “poros perlawanan”, yang mencakup Houthi, Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza, serta kelompok militan di Suriah dan Irak.
“Penahanan kapal tanker tersebut dirancang untuk membuat AS dan sekutunya berpikir dua kali mengenai tindakan pembalasan militer terhadap Houthi,” kata para analis.
Sejak Oktober, kelompok Houthi Yaman telah menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah untuk menunjukkan dukungan kepada kelompok militan Palestina Hamas dalam perjuangannya melawan Israel.
Insiden-insiden tersebut terkonsentrasi di Selat Bab al-Mandab, di barat daya Semenanjung Arab. Sedangkan insiden St Nikolas berlokasi lebih dekat ke Selat Hormuz, antara Oman dan Iran.