Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) memberi respon atas pembahasan mengenai hilirisasi dalam Debat Cawapres yang dilaksanakan pada Minggu (21/1). Koordinator JATAM, Melky Nahar menilai hilirisasi bukan solusi dari permasalahan nikel Indonesia saat ini.
“Gibran selalu bilang hilirisasi, dia mengabaikan fakta atau realitas yang terjadi, bahwa hilirisasi nikel di Indonesia itu memiskinkan warga,” kata Melky dalam peluncuran laporan bertajuk: Jejaring Oligarki Tambang dan Energi dalam Pemilu 2024 di Jakarta pada Senin (22/1).
Melky menjelaskan, bahwa pernyataannya ini berdasarkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai wilayah-wilayah yang mempunyai sejumlah proyek hilirisasi nikel.
“BPS mengeluarkan data bahwa tingkat kemiskinan di wilayah sentra nikel kita ini sangat tinggi, seperti di Sulawesi Tengah hingga Maluku Utara,” ujarnya.
Melky juga menyoroti bagaimana penguasaan hilirisasi Indonesia di sektor nikel. “Yang menguasai sebagian besar itu perusahaan Cina, terlebih hasilnya untuk mendukung bahan industri kebutuhan dari negara lain,” ujarnya.
Masih Bergantung pada Sumber Daya Alam
Tidak hanya Gibran, Melky juga turut menyoroti visi misi dari dua pasangan Capres- Cawapres lain. Menurut Melky, visi misi mereka dinilai terlalu bergantung pada sumber daya alam (SDA).
“Aneh jika menyebut hilirisasi sebagai aksi keberlanjutan. Kami menilai pemilu 2024 semacam solusi palsu untuk mengatasi permasalahan. Ini justru mencemaskan,” ujar Melky.
Sebagai informasi, Calon presiden nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka mengungkap sejumlah strategi dalam pengelolaan lingkungan, energi, pangan, masyarakat adat dan desa dalam sesi pertama debat cawapres kemarin. Salah satu yang disampaikan Gibran adalah pelibatan generasi muda.
Gibran mengawali pidato dengan menyampaikan sejumlah sektor prioritas yang menjadi perhatian jika menang dalam Pilpres 2024. Dia menyebut hilirisasi tidak hanya fokus dengan persoalan sumber daya alam tetapi juga pada sektor pertanian dan maritim.
“Kita punya cadangan nikel terbesar di dunia, timah terbesar nomor dua. Oleh karena itu, program program hilirisasi harus diperluas cakupannya. Kita tidak boleh lagi mengirim bahan mentah,” ujar Gibran.