Banyak Tambang Nikel Dunia Tutup, ESDM: Belum Tentu RI Penyebabnya

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Ilustrasi bijih nikel.
Penulis: Mela Syaharani
16/2/2024, 18.55 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan Indonesia belum tentu menjadi penyebab tutupnya tambang-tambang nikel di negara lain.

“Di Australia sudah ada yang tutup. Tapi kami lihat dulu, apa betul kita penyebabnya? Kan belum tentu,” ujarnya saat ditemui di Gedung Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, Jakarta, pada Jumat (16/2).

Arifin menyampaikan terdapat banyak faktor yang menyebabkan tutupnya tambang-tambang nikel dunia, khususnya di Australia. Salah satu menurut Arifin adalah terkait biaya. “Banyak faktornya, cost dia mahal,” ujarnya

Sebelumnya, Analis Macquarie, bank investasi yang berbasis di Sydney, Australia, mengatakan bahwa tekanan terhadap harga nikel ini terjadi karena pasokan dari Indonesia yang berbiaya rendah membanjiri pasar nikel global.

Hal ini memaksa para pesaingnya untuk menutup tambang-tambang yang tidak menguntungkan dan menimbulkan kepanikan di Washington dan Paris bahwa pergolakan ini akan memberikan kontrol yang lebih besar kepada Cina atas sumber daya strategis tersebut.

“Tapi dari sini kami akan memberikan himbauan kepada industri supaya melihat tren ini. Jika tidak maka akan ikut terjeblos, maka harus hilirisasi lebih jauh,” kata dia.

Sebagai informasi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sudah mengatakan Indonesia bukanlah penyebab turunnya harga nikel dunia.

At the end cari equilibrium-nya (keseimbangan). Apapun komoditasnya, jika melihat harganya tidak boleh hanya dari setahun dua tahun, harus 5-10 tahun. Lihat kumulatif harganya kemudian lihat harga rata-ratanya,” ujarnya beberapa waktu lalu Rabu (7/2). “Biar saja tambang dunia tutup asal tambang kita gak ikut-ikutan”.

Respon atas tuduhan Australia terhadap Indonesia tentang harga nikel ini juga sebelumnya sudah pernah disampaikan Kementerian ESDM melalui Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif.

“Menurut saya yang diproduksi di Australia itu adalah produk turunan nikel kelas 1 yang kebanyakan nikel matte, sedangkan produksi nikel matte Indonesia itu hanya 70. 000 ton per tahun,” kata Irwandy dalam CNBC Mining Outlook 2024, Jumat (2/2).

Reporter: Mela Syaharani