Harga minyak ditutup naik pada perdagangan Kamis (22/2) karena konflik di Laut Merah terus berlanjut. Kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran meningkatkan serangan di dekat Yaman. Meski harga menguat, namun peningkatan besar dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) membebani kenaikan harga.
Minyak mentah Brent ditutup lebih tinggi, naik 64 sen atau 0,77% pada US$ 83,67 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup lebih tinggi, naik 70 sen atau 0,9% padaUS$ 78,61 per barel.
Pimpinan kelompok Houthi pada Kamis (22/2) menyebut akan meningkatkan serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah lainnya. Houthi juga memperkenalkan ‘senjata kapal selam’ miliknya. Kelompok ini akan terus melakukan serangan-serangan terhadap logistik di Laut Merah untuk menunjukkan dukungan kepada Palestina dalam perang Gaza.
"Situasi Laut Merah terus bergejolak dan mulai lebih banyak dicatat oleh pasar bahwa ini adalah masalah yang tidak akan hilang," kata Mitra di Again Capital yang berbasis di New York, John Kilduff dikutip dari Reuters pada Jumat (23/2).
John mengatakan Eropa menanggung beban beban terbesar dalam hal pasokan. Namun masalah pasokan Eropa ini menjadi masalah pasokan AS juga, sebab berdampak pada bahan bakar minyak dan diesel AS.
Reuters mencatat, pada Kamis lalu premi untuk minyak mentah berjangka WTI bulan depan hingga bulan kedua mencapai 75 sen per barel. Spread tersebut telah melebar dalam beberapa sesi terakhir, dan pada hari Selasa (20/2) menyentuh US$ 1,95 per barel menjelang berakhirnya kontrak bulan Maret.
Analis UBS, Giovanni Staunovo mengatakan dalam sebuah catatan bahwa para pelaku pasar kemungkinan besar memperkirakan adanya potensi gangguan terhadap pasokan dalam waktu dekat. Melalui premi kontrak bulan depan yang lebih tinggi dari bulan kedua yang melebar, yang mengindikasikan pasar yang mengetat.
Namun, kenaikan minyak mentah dibatasi pada hari Kamis oleh peningkatan persediaan minyak AS karena pemeliharaan kilang dan pemadaman listrik.
Departemen Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah AS naik 3,5 juta barel menjadi 442,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 16 Februari. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters bahwa kenaikan diprediksi mencapai 3,9 juta barel.
Persediaan minyak mentah AS telah meningkat di tengah pemadaman di kilang-kilang besar yang menyebabkan tingkat utilisasi berada di level terendah dalam dua tahun terakhir, meskipun kilang-kilang tersebut akan segera kembali berproduksi.
Sebagai informasi, Kilang Whiting BP yang berkapasitas 435 ribu barel per hari (bph) di Indiana, yang merupakan kilang terbesar di Midwest AS, akan kembali berproduksi penuh pada Maret mendatang.
Sementara itu, Kilang TotalEnergies dengan kapasitas 238 ribu bph di Port Arthur, Texas, juga sedang dalam tahap untuk menyelesaikan proses restart. Meskipun masih beroperasi secara minimal setelah pemadaman listrik akibat cuaca.
Data EIA menunjukkan, pemadaman listrik telah menurunkan persediaan distilat, yang meliputi diesel dan minyak pemanas. Stok tersebut turun 4 juta barel dalam seminggu menjadi 121,7 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 1,7 juta barel.