Pertamina Tahan Harga BBM, Pakar: Belum Ada Beban Impor yang Berlebih

ANTARA FOTO/Auliya Rahman/Ief/Spt.
Petugas melakukan pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU G Obos, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Jumat (5/1/2024).
Penulis: Mela Syaharani
4/3/2024, 15.08 WIB

PT Pertamina (Persero) tidak melakukan penyesuaian harga BBM pada Februari dan Maret setelah pada Januari menurunkan harga. Sementara SPBU swasta dua bulan terakhir menaikkan harga cukup signifikan.

Keputusan SPBU swasta seperti Shell, BP, dan Vivo menaikkan harga BBM lantaran harga minyak cenderung naik sepanjang tahun ini dari sekitar US$ 75 per barel pada awal 2024 menjadi di atas US$ 80 per barel untuk minyak mentah Brent. Lalu bagaimana dampak dari keputusan Pertamina menahan harga BBM terhadap keuangannya?

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira menilai belum ada beban yang signifikan terhadap keuangan Pertamina dari keputusan menahan harga BBM di tengah tren naiknya harga minyak.

“Harga BBM nonsubsidi masih bisa ditahan karena kenaikan harga minyak mentah hanya berkisar 2% dibanding Maret tahun lalu. Sementara pelemahan rupiah baru 2,65% year on year. Jadi belum terjadi beban dari sisi impor BBM ke Pertamina yang berlebihan,” ujarnya kepada Katadata.co.id pada Senin (4/3).

Kendati demikian, Bhima mengatakan pergerakan harga BBM nonsubsidi memang perlu diperhatikan. “Meski sifatnya bbm nonsubsidi tapi perlu diperhatikan dampak ke kelas menengah yang alami tekanan harga beras dan kebutuhan pangan lainnya,” ucapnya.

Jika pemerintah menaikkan harga BBM nonsubsidi saat ini, menurut Bhima dapat mengakibatkan penurunan angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga lebih rendah tahun ini. “Sementara kelas menengah menyumbang 35,2% konsumsi secara nasional,” kata dia.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan tidak adanya kenaikan harga BBM nonsubsidi sepenuhnya menjadi ranah badan usaha.

“Sudah jelas aturan mainnya untuk naik-turun segala macam itu ada di wilayah badan usaha untuk menyesuaikan harga BBM,” kata Dadan saat ditemui di kantornya pada Jumat (1/3). "Kami tidak bisa intervensi apa-apa."

Pernyataan mengenai tidak ada perubahan harga BBM sebelumnya juga pernah disebut oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif. “Pokoknya sekarang ini belum ada wacana kenaikan BBM dan listrik,” kata Arifin usai rapat kabinet paripurna di Istana Negara pada Senin (26/2).

Tidak hanya Arifin, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga mengatakan hal serupa. “Tadi diputuskan dalam sidang kabinet paripurna tidak ada kenaikan listrik serta BBM sampai Juni (2024), baik yang subsidi,” kata Airlangga dikutip dari Antara pada 28 Februari 2023.

Subsidi guna menahan harga BBM membutuhkan anggaran lebih besar. Airlangga menyebut, keputusan Presiden Joko Widodo tersebut menjadi salah satu faktor penyebab melebarnya target defisit fiskal anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN 2024 yang tercatat sebesar 2,29% terhadap PDB.

Reporter: Mela Syaharani