OPEC+ Pangkas Produksi, Harga Minyak Diramal Tak Terdampak Signifikan

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/tom.
Petugas melakukan pengecekan meter flow fuel instrument di Stasiun Pengumpul ABG Pertamina EP Jatibarang Field di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (27/2/2024).
Penulis: Mela Syaharani
5/3/2024, 14.14 WIB

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu atau OPEC+ sepakat memperpanjang pemangkasan produksi minyak secara sukarela pada Minggu (3/3). Langkah ini merupakan upaya kartel minyak global ini untuk mengerek harga minyak yang dinilai belum sesuai harapan.

Meski begitu, pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai langkah OPEC+ ini tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap harga minyak dunia. Hal ini mengacu pada data pergerakan harga minyak saat OPEC sudah memutuskan pemangkasan produksi dalam beberapa bulan terakhir.

“Kalau naik ya relatif US$ 5 per barel. Nah ini tercermin sekarang datanya antara US$ 70-75 per barel, paling tinggi untuk jenis minyak tertentu. Jadi sesungguhnya berpengaruh tetapi tidak terlalu signifikan,” kata Fahmy kepada Katadata.co.id pada Selasa (5/3).

Meski menurut Fahmy pengaruhnya tidak signifikan, namun pemangkasan produksi OPEC+ masih memicu kenaikan harga minyak. “Saat OPEC sudah memakai produksinya, itu harga minyak paling tinggi US$ 80 per barel, ya antara US$ 70-80. Setelah itu tidak pernah naik lagi bahkan bulan ini cenderung turun juga,” ujarnya.

Selain itu menurut Fahmy, OPEC saat ini bukanlah satu-satunya penentu pergerakan harga minyak dunia. “Tapi banyak negara lain seperti Amerika yang bisa menyeimbangkan kalau pasokan minyak berkurang maka dia akan menambah pasokan tersebut. Sehingga harganya bisa ditahan,” ujarnya.

Menurut Fahmy, pengurangan produksi yang dilakukan oleh OPEC ini memiliki tujuan untuk meningkatkan harga. “Tapi negara-negara seperti di Eropa lainnya itu justru dirugikan kalau harga minyak dunia itu tinggi. Karena mereka menggunakan minyak untuk industrinya,” ucapnya.

Fahmy menyampaikan jika OPEC memperpanjang masa pengurangan produksi hingga semester depan, selama tidak ada perubahan geopolitik dunia dalam skala besar maka harga minyak tidak akan banyak berubah.

“Kalau tidak ada perubahan di Rusia terutama, misalnya dulu waktu perang itu kan ada embargo untuk tidak membeli minyaknya Rusia. Tapi itu kan sudah tidak berlaku lagi, artinya Rusia sudah bisa menjual menyuplai minyak di pasar sehingga setiap kali upaya OPEC untuk memangkas produksi itu tidak begitu berpengaruh,” ujar Fahmy.

OPEC+ berencana melakukan pemangkasan produksi 2,2 juta barel per hari atau bph dilakukan hingga kuartal II atau Juni. Hal ini menjadi sentimen positif di pasar di tengah-tengah kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global dan peningkatan produksi di luar OPEC+.

Pemimpin de facto OPEC Arab Saudi mengatakan, mereka akan memperpanjang pemangkasan sukarela 1 juta bph hingga akhir Juni. Dengan begitu, produksi tetap di kisaran 9 juta bph. Rincian besaran pemangkasan produksi di masing-masing negara anggota OPEC+ yakni:

  • Arab Saudi 1 juta bph;
  • Rusia 471 ribu bph;
  • Irak 220 ribu bph;
  • Uni Emirat Arab (UEA) 163 ribu bph;
  • Kuwait 135 ribu bph;
  • Aljazair 51 ribu bph;
  • Oman 42 ribu bph;
  • Kazakhstan 82 ribu bph.
Reporter: Mela Syaharani