Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan pemerintah akan tetap menahan harga jual bahan bakar minyak (BBM) non subsidi hingga Juni mendatang.
Meski begitu harga kemungkinan akan dievaluasi pada Juni dengan mempertimbangkan pergerakan harga minyak dunia. “Kira-kira Juni lah kami akan lihat. Karena harga minyak dunia sudah hampir US$ 83 per barelnya ya,” ujarnya saat ditemui di Kementerian ESDM pada Jumat (8/3).
Sebagai informasi, Pertamina tidak menaikkan harga bahan bakar minyaknya pada 1 Maret 2024. Ini merupakan kedua kalinya bagi perusahaan pelat merah tersebut untuk mempertahankan harga BBM tersebut. Kompetitornya melakukan langkah sebaliknya.
Arifin mengatakan akan ada perhitungan khusus bagi Pertamina karena telah menahan harga BBM non subsidi untuk mengurangi kemungkinan tergerusnya pendapatan Pertamina. “Ya kan nanti ada hitungannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa langkah pemerintah menahan harga BBM dan tarif listrik hingga pertengahan tahun ini adalah untuk memastikan perekonomian masyarakat tetap tumbuh.
“Jadi BBM kita jaga hari ini untuk memastikan ekonomi rakyat tetap tumbuh, ekonomi Indonesia tetap tumbuh, beban di rakyat hari ini harus kita jaga,” ujar Erick di Jakarta, Senin (4/3).
Erick menyampaikan, keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM, salah satunya karena melihat kondisi rakyat yang sebelumnya mengalami kesulitan lantaran naiknya harga beras di sejumlah daerah.
Menurut dia, pemerintah berupaya untuk terus menjaga keseimbangan agar daya beli masyarakat tetap ada di tengah situasi perekonomian yang tidak menentu.
“Kita coba jaga supaya jangan masyarakat yang terbawah terkena dampak. Nah ini yang kita coba seimbangkan dan kita yakin, kita tetap jaga inflasi, kita jaga pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
“Pasti ada adjustment, tapi selama kita bekerja sama seluruh kementerian untuk berpihak dengan policy yang tentu kepada rakyat, kita tidak boleh bilang untung dan tidak untung, kita harus jaga kestabilan ekonomi Indonesia,” ucapnya.
Tidak hanya Arifin, pernyataan mengenai penahanan harga BBM nonsubsidi hingga Juni juga disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Hal itu, kata Airlangga, menjadi salah satu faktor penyebab melebarnya target defisit fiskal APBN 2024 yang tercatat sebesar 2,29% terhadap PDB, sebab, subsidi untuk menahan kenaikan harga listrik dan BBM membutuhkan anggaran lebih besar untuk Pertamina maupun PLN.
“Itu akan membutuhkan tambahan anggaran untuk Pertamina maupun PLN, dan itu nanti akan diambil baik dari sisa saldo anggaran lebih (SAL), maupun pelebaran defisit anggaran di 2024. Jadi itu 2,3-2,8%. Tahun depan pun dalam kerangka yang sama (defisit) 2,4-2,8% jadi realistis,” ujarnya.