Usai Ditinggal Air Products, Begini Progres Hilirisasi Batu Bara PTBA

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/tom.
Aktivitas bongkar muat batu bara di pantai Desa Peunaga Cut Ujong, Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Selasa (20/2/2024).
Penulis: Mela Syaharani
8/3/2024, 19.10 WIB

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengatakan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa perusahaan untuk melanjutkan program hilirisasi batu bara melalui gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME).

“Kami masih melakukan kajian baik secara teknologi, baik itu perusahaan Cina ataupun negara lain,” kata Direktur Pengembangan Usaha PTBA, Rafli Yandra di Jakarta pada Jumat (8/3).

Sebelumnya, PTBA pernah berencana melakukan gasifikasi batu bara dengan menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Air Products. Namun, kerja sama tersebut diputuskan selesai pada tahun lalu.

Senada dengan Rafli, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail juga mengatakan hal serupa. “PTBA tetap berkomitmen mendukung hilirisasi yang dilakukan atau diprogramkan oleh pemerintah. Jadi untuk ini kami sedang melakukan penjajakan dengan beberapa perusahaan di Cina,” kata Arsal.

Menurutnya, penjajakan bersama perusahaan Cina dilakukan PTBA sebab menurutnya ada beberapa perusahaan asal negeri panda yang sudah memproduksi DME.

“Dari yang beberapa itu yang paling sering membahas bersama kami namanya itu Ease China Engineering. Itu yang paling serius yang kami jajaki untuk yang masalah DME, disamping kami akan berbicara mengenai keekonomiannya,” ujarnya.

Selain melakukan hilirisasi melalui DME, Arsal menyebut PTBA juga akan fokus untuk melakukan hilirisasi agar menghasilkan turunan lainnya. “Kami tidak hanya fokus ke DME, tapi juga fokus pada turunan lainnya seperti metanol, etanol, kami juga sedang melakukan kajian,” ucapnya.

Kembali membahas Air Products, hengkangnya perusahaan asal Amerika dalam gasifikasi ini membuat proyek ini mandek. Hal ini lantaran pemerintah belum juga mendapatkan mitra baru untuk PTBA.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa hengkangnya Air Products menjadi kendala dalam menjalankan proyek ini. Hingga saat ini pemerintah masih mencari investor baru untuk menggantikan perusahaan tersebut.

“Jadi itu investornya mundur, padahal itu dulu investornya yang punya lisensi. Ke depannya memang harus cari juga yang sejenis, dan yang bisa membawa dana untuk investasi,” ujarnya saat ditemui awak media di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (13/9/2023).

Namun demikian, Arifin mengatakan saat ini harga batu bara sedang murah sehingga bisa dimanfaatkan untuk menggenjot proyek hilirisasi batu bara. Tetapi, dia mengungkapkan terdapat kendala lain yang menghambat proyek tersebut.

Sebagai informasi, komitmen investasi Air Products pada proyek gasifikasi batu bara di Indonesia mencapai US$ 15 miliar atau setara Rp 210 triliun. Sebelum menyatakan hengkang, rencana investasi tersebut telah terealisasi sebesar US$ 7 miliar atau setara Rp 102 triliun.

Sebelum Air Products hengkang, pemerintah menargetkan proyek gasifikasi batu bara DME di Tanjung Enim, Sumatera Selatan rampung dan bisa beroperasi komersial atau Commercial Operation Date (COD) pada kuartal ke-empat atau akhir 2027.

Proyek tersebut sanggup menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun dari 6 juta ton batu bara berkalori 4.200. Selain itu, pabrik tersebut juga akan memproduksi metanol 2,1 juta ton per tahun dan Syngas atau gas sintetis sebesar 4,5 juta kN/m3 per tahun.

Reporter: Mela Syaharani