ESDM Dorong Pertamina Eksploitasi Migas Lapangan Zulu Blok ONWJ

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Produksi hulu migas berlangsung di Anjungan Central Plant dan Anjungan Bravo Flow Station Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ), lepas pantai utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat, Senin (3/4/2023).
Penulis: Mela Syaharani
14/3/2024, 14.32 WIB

Kementerian ESDM tengah mencoba melihat lebih jauh terhadap salah satu lapangan di tengah laut yang berpotensi mengandung minyak. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan lapangan tersebut terletak di blok ONWJ (Offshore North West Java).

“Ada satu lapangan yang sedang kami coba scope, lebih dalam. Letaknya di laut yang dikelola ONWJ, itu besar. Lapangan Zulu namanya. Tapi itu lapangannya heavy oil (minyak berat), jadi saya sarankan Pertamina eksploitasi itu. Zulu itu sangat besar,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM pada Kamis (14/3).

Lebih lanjut Tutuka juga menyebutkan jumlah potensi sumber daya yang dapat dikelola. “Volumenya bisa 800 juta hingga 1 miliar untuk sumber dayanya dan itu bisa dikelola,” ujarnya.

Adanya potensi lapangan minyak ini, Tutuka menyebut akan terus mengupayakan meskipun lokasinya berada di laut. “Kalau heavy oil maka membutuhkan peralatan besar. Jadi harus ada teknologi lain, misalnya dengan surfaktan untuk mengencerkan. Jadi kami mendorong Pertamina eksploitasi,” ucapnya.

Tutuka menyampaikan dorongan eksploitasi ini dilakukan dalam rangka untuk bisa menambah jumlah produksi minyak Indonesia yang trennya terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Keadaan penurunan ini terjadi ditengah perjalanan menuju 2030 saat Indonesia memiliki target produksi minyak mencapai satu juta barel per hari (bph). Namun, saat ini menurut laman resmi Kementerian ESDM produksi minyak Indonesia berada di angka 573.000 bph.

“Sekarang hanya menahan decline (penurunan produksi). Kalau tidak ada penemuan baru memang tidak bisa naik. Jadi harus ada penemuan lapangan minyak baru. Tapi lapangan baru yang kita temukan kebanyakan gas jadi agak sulit,” kata dia.

Optimistis Target 1 Juta Barel Tercapai

Meski sulit, Tutuka mengatakan Kementerian ESDM masih optimis target produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030 dapat dicapai. “Menurut kami bisa saja tercapai,” ujarnya.

Tutuka menilai target tersebut masih bisa dicapai jika sumur migas non konvensional yang ada di Wilayah Kerja (WK) Rokan dapat berproduksi.

“Kalau kami terutama menaruh harapan yang cukup besar di sumur MNK dan EOR. Kalau itu berhasil saya kira keduanya akan menyumbang kontribusi besar untuk produksi minyak. ini dari perspektif dirjen migas ya,” ujarnya.

Tutuka menyampaikan suksesnya produksi MNK ini bergantung pada kegiatan pengeboran di dua sumur yang ada pada WK Rokan. “Kalau hasilnya bagus mungkin dua bulan kedepan akan ada informasi lebih detail soal itu,” ujarnya.

Selain produksi MNK, Tutuka juga menyebut keberhasilan penerapan teknologi Enhanced oil recovery (EOR) juga dapat berkontribusi bagi peningkatan produksi minyak Indonesia.

“Kalau EOR saya kira kita melihat keberhasilannya nanti EOR dengan CO2. Karena kita paling banyak produksi gas, gas itu nanti biasanya lapangan gas banyak CO2, diambil dan diinjeksi ke bawah bisa sebagai CCS dan CCUS,” ucapnya.

Terkait CCUS, Tutuka memberi penjelasan lebih lanjut. “CCUS dalam hal ini menjadi CO2 ke hidrokarbon, minyak ya. Berarti EOR yg dihasilkan dari co2. Kalau itu berhasil saya kira kita masih bisa,” kata dia.

Reporter: Mela Syaharani