Harga batu bara acuan pada Maret 2024 merosot hingga 12%. Koreksi harga ini terjadi pada batu bara dengan nilai kalor 6.322 kcal per kilogram GAR, dari US$ 124,95 per ton pada Februari menjadi US$ 109,77 per ton.
Batu bara dengan nilai kalor tertinggi tersebut menjadi acuan harga jual batu bara untuk penyediaan listrik dan bahan bakar di industri domestik, kecuali industri pengolahan dan pemurnian mineral logam.
Pemerintah menetapkan HBA Februari melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 61.K/MB.01/MEM.B/2024 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batubara Acuan Untuk Bulan Maret 2024 yang ditetapkan pada Rabu (20/3).
Dalam aturan tersebut, harga batu bara acuan dibedakan menjadi empat golongan. Secara keseluruhan, keempat golongan harga acuan batu bara ini seluruhnya mengalami kenaikan pada Februari 2024, yaitu:
- Batu bara 6.322 kcal per kilogram (kg) GAR (nilai kalor kotor) senilai US$ 109,77 per ton atau turun 12% dari bulan sebelumnya US$ 124,95 per ton.
- HBA I 5.300 kcal per kg GAR ditetapkan US$ 88,77 per ton. Angka tersebut naik tipis US$ 1,12 dari Februari di US$ 87,65 per ton.
- HBA II 4.100 kcal per kg GAR ditetapkan sebesar US$ 56,83 per ton atau menurun 1,75% dari harga bulan sebelumnya US$ 57,86 per ton.
- HBA III 3.400 kcal per kg GAR ditetapkan US$ 37,60 per ton, menguat US$ 0,06 dari harga Februari US$ 37,54 per ton.
Penetapan HBA ini mengacu pada 227.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang pedoman penetapan harga patokan untuk penjualan komoditas batu bara. Penghitungan harga ini sebelumnya diatur dalam Keputusan Menteri ESDM 41.K/MB.01/MEM.B/2023, namun dalam pedoman tersebut belum sepenuhnya menggambarkan transaksi aktual.
Sebagai informasi, tren koreksi harga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kinerja ekspor batu bara Indonesia terus merosot. Badan Pusat Statistik mencatat ekspor mineral hitam ini pada Februari 2024 turun 18,73% secara tahunan menjadi US$ 2,59 miliar dari US$ 3,19 miliar pada Februari tahun sebelumnya.
Sebelumnya pada Januari ekspor mineral yang dianggap polutan berat ini bahkan turun hingga 30% secara tahunan. Meski begitu ekspor Februari tercatat naik sebesar 7,5% secara bulanan, atau dibandingkan Januari sebesar US$ 2,41 miliar, yang didorong oleh peningkatan volume ekspor dari 29,05 juta ton menjadi 33,05 juta ton.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan di antara beberapa komoditas unggulan non migas seperti minyak kelapa sawit (CPO), besi baja, hanya batu bara yang nilainya naik secara bulanan pada Februari kemarin.
“Nilai ekspor besi dan baja serta minyak kelapa sawit mengalami penurunan secara bulanan sedangkan batu bara mengalami kenaikan sebesar 7,50%,” kata Amalia dalam rilis BPS yang dikutip pada Senin (18/3).