AS Perbarui Sanksi Energi, Sektor Migas Venezuela di Ujung Tanduk
Amerika Serikat (AS) menyatakan tidak akan memperbarui licence 44, izin yang meringankan sanksi energi Venezuela, yang berakhir hari ini, Kamis (18/4). Langkah ini sebagai respons atas kegagalan Presiden Nicolas Maduro memenuhi komitmen untuk menyelenggarakan pemilu yang demokratis.
Pemerintahan Joe Biden telah berulang kali mengancam dalam beberapa bulan terakhir akan mencabut licence 44, kecuali Maduro menepati janjinya pada Oktober 2023 terkait komitmen untuk penyelenggaraan pemilu yang adil dan demokratis.
Beberapa janji telah ditepati namun Maduro dinilai gagal memenuhi sejumlah komitmen lainnya termasuk membiarkan oposisinya mencalonkan kandidat pilihannya untuk pemilihan presiden pada 28 Juli.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah sekutu oposisi dan aktivis telah menghadapi penangkapan. Menurut sumber-sumber yang dekat dengan partai berkuasa hal itu kemungkinan merupakan reaksi pemerintah terhadap menurunnya dukungan dalam negeri terhadap Maduro.
Oposisi Venezuela sedang bernegosiasi untuk memilih kandidatnya pada pemilihan presiden tanggal 28 Juli mendatang, setelah pemenang pemilihan pendahuluan dan penggantinya dilarang mendaftar.
Sanksi terhadap industri migas Venezuela pertama kali dijatuhkan oleh pemerintahan Donald Trump pada 2019 setelah kemenangan Maduro dalam pemilu. Namun hasil pemilu tersebut ditolak oleh AS dan negara Barat lainnya.
“Akibatnya pemerintah AS berencana untuk membiarkan izin umum berakhir tanpa perpanjangan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (18/4).
“Kami prihatin Maduro dan perwakilannya menghalangi oposisi mendaftarkan kandidat pilihan mereka, melecehkan dan mengintimidasi lawan politik, dan secara tidak adil menahan sejumlah aktor politik dan anggota masyarakat sipil,” kata Miller menjelaskan.
Habisnya izin dari AS yang memungkinkan Venezuela mengekspor minyak ke pasar di seluruh dunia dan mengamankan investasi, diperkirakan akan berdampak pada volume dan kualitas penjualan minyak mentah dan bahan bakar, serta memicu banyaknya permintaan otorisasi kesepakatan AS.
Pada Rabu, Departemen Keuangan memberi perusahaan waktu 45 hari untuk menghentikan transaksi yang tertunda, terutama penjualan minyak mentah dan bahan bakar, melalui izin yang lebih ketat.
Meski begitu investasi baru yang disetujui di bawah licence 44 tidak termasuk dalam aktivitas yang harus dihentikan. Izin yang diberikan kepada Chevron, Repsol, dan Eni juga tidak dicabut untuk mengamankan pasokan migas ke Amerika dan Eropa.
Adapun Lisensi tersebut telah memungkinkan perusahaan minyak negara Venezuela, Petróleos de Venezuela, S.A. (PDVSA), memulihkan sebagian dari produksi minyak mentahnya yang hilang, dan memperluas kapasitas produksi dengan menambah dua rig pengeboran di wilayah produksi utama negara tersebut, The Orinoco Belt.
Pada Maret 2024 produksi minyak PDVSA mencapai 874.000 barel per hari (bph). Dibantu dengan izin individu kepada perusahaan-perusahaan minyak AS dan Eropa, Venezuela meningkatkan ekspor ke level sebelum pandemi sekitar 900.000 bph.
“Izin individual diperkirakan akan tetap berlaku dan izin baru untuk transaksi tertentu dapat diterbitkan,” kata AS. Namun tanpa izin utama, rencana pertumbuhan produksi minyak sebesar 35% menjadi 1,2 juta bph hingga akhir 2025 kini diperkirakan tak tercapai.
“Produksi minyak akan kehilangan kekuatan,” kata konsultan Sintesis Financiera yang berbasis di Caracas dalam sebuah laporan minggu ini. Tanpa izin tersebut, pertumbuhan produksi akan terpangkas menjadi sekitar 980.000 bph pada akhir tahun depan.
Tanpa izin tersebut, PDVSA diperkirakan akan kembali menggunakan perantara yang kurang dikenal untuk menjual minyaknya dengan harga diskon, terutama ke Asia, kecuali jika cukup izin dari AS yang dikeluarkan, kata para ahli.
Keuangan PDVSA, yang terkikis oleh sanksi selama lima tahun, juga akan terkena dampak baru, membatasi akses terhadap mata uang yang diperlukan untuk membiayai segala hal mulai dari tenaga kerja hingga pengadaan barang dan jasa, sehingga menyebabkan percepatan inflasi.
Menteri Perminyakan Pedro Tellechea mengatakan bahwa PDVSA memiliki kekuatan besar dalam perdagangan untuk mengatasi skenario apa pun. “Kami siap secara komersial (untuk penerapan kembali sanksi apa pun). Secara logistik, kami akan terus berproduksi,” ujarnya.