Pendapatan Migas Rusia Naik 2 Kali Lipat pada April Meski Kena Sanksi

123rf/Ilkin Quliyev
Ilustrasi energi / minyak Rusia.
Penulis: Happy Fajrian
25/4/2024, 18.45 WIB

Pendapatan Rusia dari penjualan minyak dan gas (migas) pada April 2024 dilaporkan meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini seiring harga minyak yang lebih tinggi dari perkiraan meski sanksi Barat masih berlaku.

Hal ini menurut perhitungan Reuters berdasarkan data dari sumber industri dan statistik resmi mengenai produksi dan pasokan migas negara yang tengah berperang dengan Ukraina tersebut.

Menurut perkiraan Reuters, bulan ini, Rusia diperkirakan mengantongi US$ 14 miliar atau lebih dari Rp 226 triliun dari penjualan mi gas. Jumlah tersebut dua kali lipat dibandingkan dengan US$ 7 miliar yang diterima Rusia pada April tahun lalu.

Pendapatan minyak dan gas Rusia bulan ini diperkirakan turun sedikit dari US$ 14,15 miliar pada Maret 2024, menurut perhitungan Reuters.

Menurut data Kementerian Keuangan Rusia pada awal Januari 2024, pendapatan minyak dan gas Rusia merosot 23,9% tahun lalu dibandingkan tahun 2022 karena rendahnya harga minyak dan berkurangnya ekspor gas pipa membebani pendapatan anggaran dari bahan bakar fosil.

“Penurunan tersebut disebabkan oleh harga minyak yang lebih rendah dibandingkan 2022, harga minyak mentah unggulan Rusia, Ural, yang lebih rendah pada awal 2023, dan harga gas alam serta ekspor yang lebih rendah,” kata Kementerian Keuangan Rusia pada saat itu.

Reuters memperkirakan pendapatan Rusia dari minyak dan gas pada tahun ini akan meningkat 30% dibandingkan tahun sebelumnya.

Miliaran dolar AS yang masih mengalir ke kantong Rusia menyoroti kesulitan yang dihadapi negara-negara Barat dalam upaya memangkas pundi-pundi pendapatan negara tersebut yang dapat digunakan untuk membiayai perang di Ukraina.

Minyak mentah Rusia yang dilarang negara-negara Barat, mendapatkan pembeli di Cina dan India. Sementara gas alam cair (LNG) Rusia masih tiba di pelabuhan-pelabuhan Eropa, yang telah meningkatkan impor dalam dua tahun terakhir, termasuk dari Rusia.

Sementara itu, Rusia diperkirakan telah mengekspor minyak dalam jumlah tertinggi dalam 11 bulan dari pelabuhannya pada seminggu hingga tanggal 14 April.

Hal ini lantaran terminal ekspor Rusia mengalihkan minyak mentah yang tidak dapat diproses di kilang yang tidak berfungsi akibat serangan pesawat tak berawak Ukraina, menurut data pelacakan kapal tanker yang dipantau Bloomberg pekan lalu.