ExxonMobil Resmi Akuisisi Pioneer Natural Resources Rp 950 Triliun

Arief Kamaludin|KATADATA
ExxonMobil resmi mengakuisisi Pioneer Natural Resources senilai US$ 60 miliar atau lebih dari Rp 950 triliun.
Penulis: Happy Fajrian
5/5/2024, 13.34 WIB

ExxonMobil telah menyelesaikan akuisisi Pioneer Natural Resources senilai US$ 60 miliar atau lebih dari Rp 950 triliun. Raksasa migas Amerika Serikat (AS) ini telah mendapatkan izin dari Federal Trade Commission (FTC) untuk kesepakatan tersebut.

Exxon pertama kali mengumumkan kesepakatan untuk mengakuisisi Pioneer pada Oktober 2023, dalam transaksi saham senilai US$ 59,3 miliar. Exxon mengatakan akuisisi ini akan meningkatkan produksi mereka di Permian Basin hingga dua kali lipat.

“Pioneer adalah pemimpin yang jelas di Permian dengan basis aset yang unik dan orang-orang dengan pengetahuan industri yang mendalam,” kata Chairman dan CEO Exxon Darren Woods melalui siaran pers saat itu.

Dia menambahkan bahwa gabungan kedua perusahaan akan memberikan penciptaan nilai jangka panjang yang jauh melebihi kemampuan masing-masing perusahaan jika berdiri sendiri.

Pioneer, yang saat ini memiliki nilai pasar (market value) US$ 50 miliar, merupakan produsen minyak terbesar ketiga setelah Chevron Corp. dan ConocoPhillips di cekungan Permian yang membentang di sebagian Texas hingga New Mexico.

Cekungan ini merupakan cekungan yang menjadi pusat perhatian industri energi AS karena biaya ekstraksi minyak dan gas yang relatif rendah.

Exxon memproduksi sekitar 620.000 boepd di cekungan Permian pada kuartal kedua, sebuah rekor bagi perusahaan. Namun, jumlah ini masih kalah dibandingkan produksi Pioneer di wilayah sungai tersebut, yang rata-rata mencapai 711.000 boepd pada periode yang sama.

Exxon, yang memiliki nilai pasar sebesar US$ 436 miliar, adalah produsen minyak terbesar di AS dengan rata-rata produksi 3,8 juta barel setara minyak per hari (boepd) dari operasi globalnya.

Pada 2022 Exxon membukukan pendapatan sebesar US$ 55,7 miliar berkat tingginya harga minyak dan gas dan mengakhiri tahun dengan keuntungan bersih sebesar US$ 29,6 miliar.

Keuntungan tersebut telah berkurang pada 2023 karena harga energi, yang melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina. Penurunan disebabkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global yang membebani permintaan bahan bakar.