Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail mengungkapkan bahwa proyek gasifikasi PTBA masih terus berjalan. Arsal menyebut perusahaan sedang melakukan kajian bersama beberapa investor untuk kelanjutan proyek strategis itu.
“Karena untuk melakukan investasi itu kami juga harus melihat dari sisi keekonomiannya. Jangan sampai sisi keekonomiannya terganggu keuangan dari PTBA,” kata Arsal saat ditemui di Jakarta pada Rabu (8/5).
Arsal menyebut proses ini masih harus melewati beberapa hal, sehingga belum ada tenggat waktu kajian tersebut akan berakhir. Terlebih saat ini kondisi global sedang berada di dalam gejolak terkait perang. “Kami melihat kajian itu sampai betul-betul ekonomis yang bisa menguntungkan PTBA ataupun pemerintah,” ujarnya.
Arsal menjelaskan, seharusnya proses kajian ini sudah selesai. Namun proyek gasifikasi PTBA yang sebelumnya menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat (AS), berakhir gagal.
Komitmen investasi Air Products pada proyek gasifikasi batu bara di Indonesia mencapai US$ 15 miliar atau setara Rp 210 triliun. Sebelum menyatakan hengkang, rencana investasi tersebut telah terealisasi sebesar US$ 7 miliar atau setara Rp 102 triliun.
Sebelum Air Products hengkang, pemerintah menargetkan proyek gasifikasi batu bara DME di Tanjung Enim, Sumatera Selatan rampung dan bisa beroperasi komersial atau Commercial Operation Date (COD) pada kuartal ke-empat atau akhir 2027.
Proyek tersebut sanggup menghasilkan 1,4 juta ton DME per tahun dari 6 juta ton batu bara berkalori 4.200. Selain itu, pabrik tersebut juga akan memproduksi metanol 2,1 juta ton per tahun dan Syngas atau gas sintetis sebesar 4,5 juta kN/m3 per tahun.
Sebelumnya, pada Maret lalu PTBA mengatakan sedang melakukan penjajakan dengan beberapa perusahaan untuk melanjutkan program hilirisasi batu bara melalui gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) dengan beberapa perusahaan Cina.
Arsal menyebut, penjajakan bersama perusahaan Cina dilakukan PTBA sebab menurutnya ada beberapa perusahaan asal negeri panda yang sudah memproduksi DME.
“Dari yang beberapa itu yang paling sering membahas bersama kami namanya itu Ease China Engineering. Itu yang paling serius yang kami jajaki untuk yang masalah DME, disamping kami akan berbicara mengenai keekonomiannya,” ujarnya.
Selain melakukan hilirisasi melalui DME, Arsal menyebut PTBA juga akan fokus untuk melakukan hilirisasi agar menghasilkan turunan lainnya. “Kami tidak hanya fokus ke DME, tapi juga fokus pada turunan lainnya seperti metanol, etanol, kami juga sedang melakukan kajian,” ucapnya.