Jadwal produksi atau on stream Blok Tuna di Laut Natuna Utara berpotensi mundur dari target 2026 menjadi 2027. Hengkangnya Zarubezhneft, perusahaan asal Rusia, sangat berpengaruh dan membuat proyek blok migas tersebut terhenti.
"Namun, sekarang Harbour Energy sudah mulai menjalankan proyek itu," ucap Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat ditemui di ICE BSD City, Banten, Selasa (14/5).
Sebagai informasi, hak pengelolaan Blok Tuna sempat dipegang oleh Zarubezhneft bersama Premier Oil Tuna BV. Masing-masing perusahaan menggenggam 50% hak partisipasi.
Zarubezhneft mengumumkan hengkang sebagai operator Blok Tuna pada awal 2023 dengan SKK Migas. Harbour Energy, perusahaan asal Inggris dan induk Premier Oil Tuna BV. Zarubezhneft, mengatakan keputusan ini merupakan dampak sanksi Uni Eropa dan pemerintah Inggris terhadap Rusia.
Tiga perusahaan menyatakan minatnya mengembangkan Blok Tuna di Laut Natuna Utara. Apabila terpilih, perusahaan tersebut akan menggantikan Zarubezhneft, asal Rusia.
"Ada dari dalam negeri dan luar negeri. Dari tiga akan diadu mana yang lebih bisa memenangkannya," kata Dwi.
Ia mengatakan, tiga perusahaan yang berminat memiliki lapangan migas dekat Blok Tuna. "Pasarnya ke Vietnam dan letaknya ada di perbatasan Indonesia-Malaysia. Jadi, negara-negara dan perusahaan di sekitar Blok Tuna punya ketertarikan terhadapnya," ucap Dwi.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro menyebut pemerintah masih menunggu progres pengganti operator Blok Tuna. SKK Migas hampir setiap hari berkomunikasi dengan Zarubezhneft dan menanyakan perkembangan proses tersebut.
“Mereka menjanjikan perusahaan pengganti akan diputuskan April 2024, makanya sekarang sedang kami dorong terus,” kata Hudi saat ditemui di kantornya pada Senin pekan lalu.
SKK Migas mendorong segera penggantian operator untuk mengejar pengajuan rencana pengembangan atau plan of development (POD). “Kegiatan operasi Blok Tuna saat ini belum dapat bergerak karena harus menyelesaikan divestasinya dulu dari Zarubezhneft,” ujarnya.