Perusahaan BUMN Rusia Hengkang dari RI, Bagaimana Nasib Blok Tuna?

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.
Foto udara anjungan lepas pantai Sepinggan Field Daerah Operasi Bagian Selatan (DOBS) Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), Kalimantan Timur, Selasa (26/3/2024). Hingga Maret 2024, PHKT mencatatkan angka produksi minyak sebesar 9.044 barel minyak per hari (BOPD) dan gas sebesar 28,784 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
14/5/2024, 21.30 WIB

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, jadwal onstream atau mulai beroperasinya Blok Tuna berpotensi mundur dari target awal. Hal ini dapat terjadi akibat mundurnya perusahaan Zarubezhneft sebagai partner operator bersama Harbour Energy di Blok Tuna.

“Kalau saya lihat mungkin target onstream tahun 2026 masih dapat dikejar, namun jika target tersebut geser mungkin akan onstream pada 2027,” kata Dwi saat ditemui di ICE BSD City, Tangerang pada Selasa (14/5).

Blok Tuna merupakan salah satu wilayah kerja migas yang terletak di Laut Natuna Utara. Hak pengelolaan Blok Tuna sebelumnya dipegang oleh Zarubezhneft, perusahaan migas milik negara Rusia bersama Premier Oil Tuna BV dengan masing-masing menggenggam 50% hak partisipasi.

Namun Zarubezhneft mengumumkan hengkang sebagai operator Blok Tuna dalam pertemuan awal 2023 dengan SKK Migas dan Harbour Energy-perusahaan induk Premier Oil Tuna BV. Zarubezhneft ingin hengkang karena terdampak sanksi atau pembatasan Uni Eropa dan pemerintah Inggris terhadap Rusia.

“Sekarang ini prosesnya pengembangan Blok Tuna masih jalan terus dengan operator yang Harbor Energy. Apapun terjadi dengan partnernya, dia punya kewajiban untuk menjalankan proyek itu. Jadi sekarang ini prosesnya masih jalan terus,” ujar Dwi.

Akibat pengumuman hengkangnya Zarubezhneft ini, Dwi mengakui bahwa proyek Blok Tuna ini sempat terhenti. “Namun sekarang Harbour sudah mulai menjalankan proyek tersebut,” ucapnya.

Mengenai pengganti Zarubezhneft sebagai partner operator Harbour, Dwi menyebut sudah ada tiga perusahaan yang berminat. “Ada dari dalam negeri dan ada dari luar negeri. Dari tiga mungkin akan diadu mana yang lebih bisa memenangkan itu,” kata dia.

Dwi mengatakan perusahaan yang berminat mengelola Blok Tuna dari perusahaan yang lokasinya dekat dengan Blok Tuna.

“Karena Blok Tuna itu marketnya kan ke Vietnam dan letaknya ada di perbatasan Indonesia-Malaysia. Jadi negara-negara dan perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar Blok Tuna punya ketertarikan terhadap lokasi Tuna ini,” ujar Dwi.

Menunggu Pengganti Operator Blok Tuna

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro mengatakan, pemerintah masih menunggu progres penggantian operator Blok Tuna yang dikelola oleh perusahaan Rusia, Zarubezhneft.

“Mereka kan menjanjikan waktu itu perusahaan pengganti akan diputuskan di April, makanya sekarang sedang kami dorong terus. Dari SKK Migas hampir setiap hari menelepon Zarubezhneft dan pihak terkait mengenai perkembangannya,” kata Hudi saat ditemui di kantornya pada Senin (6/5).

Hudi menyebut, perkembangan pergantian operator masih berproses secara business to business. Meski begitu, SKK Migas terus mendorong keputusan penggantian operator untuk mengejar kepastian pelaksanaan pengajuan rencana pengembangan atau Plan of Development (POD) kepada pemerintah.

“Karena itu saat ini Blok Tuna operasinya belum bisa bergerak karena harus menyelesaikan divestasinya dulu dari Zarubezhneft,” ujarnya.

Reporter: Mela Syaharani