SKK Migas menyebutkan sejumlah perusahaan mulai menyatakan minat untuk mengelola Blok Andaman III. Sebelumnya blok ini dikelola oleh Repsol dan Petronas, namun keduanya sepakat untuk tidak memperpanjang tambahan waktu eksplorasi yang berakhir pada 23 Juni 2023.
“Yang pernah bilang sama saya sekitar tiga sampai empat perusahaan,” kata Penasehat Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf saat ditemui usai IPA Convex 2024 di ICE BSD pada Kamis (16/5).
Nanang menyebut, ketertarikan ini diungkapkan sejumlah perusahaan setelah operator Blok Andaman III sebelumnya menyatakan mundur sebagai pengelola. “Ada juga yang tertarik setelah Repsol bilang mereka tidak lanjut sebagai pengelola. Sudah mulai ngantri,” ujarnya.
Adapun keputusan Repsol dan Petronas untuk tidak memperpanjang tambahan waktu eksplorasi lantaran eksplorasi di Sumur Rencong-1X yang mendapati hasil kering atau tidak menemukan cadangan migas alias dry hole. Terkait dry hole, Nanang mengatakan bahwa hal tersebut tidak berarti demikian.
“Sebenarnya bukan dry hole, cuma tidak sesuai target yang diharapkan Repsol. Repsol kan harapannya seperti yang di Harbour tapi dia dapatnya di reservoir yang lain tapi mungkin tidak terlalu besar makanya buat mereka tidak ekonomis untuk dilakukan,” ucapnya.
Mengenai kelanjutan nasib Blok Andaman III, Nanang menyebut ada kemungkinan untuk dilakukan lelang ulang. “Kelihatannya begitu. Nanti government policy lah,” kata dia.
Pada Juli 2023, Stakeholders Relations Manager Repsol Indonesia, Amir Faisal Jindan, mengatakan pihaknya bersama Petronas telah mengajukan dokumen pengembalian kontrak pengelolaan Blok Andaman III kepada Badan Pengelola Migas Aceh alias BPMA.
Di blok Andaman III, Repsol menguasai hak partisipasi sebesar 51% dan Petronas 49% dengan recoverable reserve 1,89 juta barel minyak ekuivalen. "Kami, Repsol dan Petronas sepakat untuk tidak melanjutkan kegiatan di Andaman III dan mengembalikannya ke negara melalui BPMA," kata Amir, Selasa (18/7/23).
Dia mengatakan hasil pengeboran Sumur Rencong-1X tidak sesuai dengan ekspektasi hasil seismik 3D pada akhir tahun 2017 silam. Pengeboran Sumur Rencong-1X merupakan komitmen kerja pasti yang sudah dikerjakan Repsol.
Namun, pembuktian melalui pengeboran sumur yang terletak di Laut Utara Aceh, Perairan Selat Malaka sedalam 4.000 meter menembus dasar laut itu menunjukan hasil dry hole.
"Estimasi waktu itu memang cukup besar, bisa menghidupkan kembali Arun. Tapi pembuktian prospek hidrokarbon itu harus lewat pengeboran dan hasilnya nol," ujar Amir.
Dia menceritakan, Repsol dan Petronas kini beralih untuk mengembangkan Blok Sakakemang di Sumatera Selatan. Di sana, Petronas dan Repsol masing-masing menggenggam hak kelola sebesar 45%. Adapun, Mitsui Oil Exploration Co. Ltd (MOECO) memegang 10%. "Untuk Sakakemang mudah-mudahan bisa produksi di awal 2028," ujarnya.