Pertamina Sumbang Rp 426 Triliun pada Penerimaan Negara 2023
PT Pertamina (persero) melaporkan telah berkontribusi kepada penerimaan negara 2023 sebesar Rp 425,5 triliun. Kontribusi tersebut berasal dari pembayaran pajak dan dividen.
Dari pembayaran pajak nilainya Rp 224,53 triliun. Terdiri dari pajak penghasilan (PPh), pajak dibayar di muka, pajak pertambahan nilai (PPN) keluaran, bea masuk, dan pajak daerah.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan pertumbuhan bisnis Pertamina berjalan baik pada tahun lalu.
“Ini mencerminkan pengelolaan keuangan yang sehat dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik,” kata Fadjar dalam siaran pers, dikutip Jumat (14/6).
Selain pajak, kontribusi lainnya masuk ke dalam penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 66,17 triliun, dividen dan signature bonus Rp 14,03 triliun. Pertamina juga berkontribusi dalam bentuk minyak mentah dan kondensat bagian negara senilai Rp 120,79 triliun.
Terkait tingkat komponen dalam negeri, Pertamina Group berhasil menyerapnya sebesar Rp 374 triliun atau mencapai 47% dari total TKDN badan usaha milik negara (BUMN) secara nasional.
Angka penerimaan negara tersebut berbeda dengan paparan Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR pada dua hari lalu. Dalam paparannya, perusahaan menyetor Rp 304,7 triliun pada tahun lalu untuk penerimaan negara. Angkanya susut dibandingkan 2022 yang mencapai Rp 307,2 triliun.
Emma menyebut penurunan tersebut terjadi karena pergerakan harga minyak mentah Indonesia atau ICP. "Untuk PNBP (penerimaan negara bukan pajak) cenderung fluktuatif sebab sangat bergantung dari ICP," ucapnya.
Penurunan ICP juga berpengaruh terhadap capaian kinerja keuangan perusahaan, khususnya pendapatan. Sepanjang 2022 angka ICP di kisaran US$ 97 per barel, lalu turun hingga 20% menjadi US$ 78 per barel pada tahun lalu. "Pendapatan kami menurun 11%," kata Emma.
Sebagai informasi, setoran Pertamina kepada pemerintah dalam bentuk pajak, dividen, PNBP, dan signature bonus. Untuk setoran dividen, sesuai keputusan rapat umum pemegang saham, angkanya tidak besar. "Sebab, alokasi capex( belanja modal) kami sangat besar. Tahun lalu mencapai Rp 100 triliun," ujarnya.