Asosiasi Pengusaha Nikel Indonesia atau APNI mengatakan bahwa umur cadangan nikel di Indonesia masih tergolong panjang.
“Metal genesis kita itu panjangnya 15.000 kilometer (km) tapi baru dieksplorasi 7.000 km. Jadi masih ada daerah yang bisa diharapkan,” kata Dewan Penasehat APNI, Djoko Widajanto dalam diskusi publik ‘Hilirisasi Industri Nikel, Nilai Tambah Ekonomi, dan Indonesia Bebas Emisi 2069’ di Jakarta, pada Kamis (27/6).
Djoko mengatakan panjangnya umur nikel bisa dipastikan apabila pemerintah mau mengeeksplorasi wilayah yang memiliki potensi atau cadangan nikel.
“Jadi jangan takut orang cerita bahwa umur nikel kita tinggal beberapa tahun, itu terjadi kalau kita tidak eksplorasi. Tapi kalau eksplorasi, umurnya bisa bertambah dua kali lipat,” ujarnya.
Meski mendorong, Djoko menyebut masih ada kendala untuk bisa mengeksplorasi nikel di Indonesia. “Sementara ini belum ada yang mau memberi modal. Jadi, kita memang dihambat dari segi finansial,” ucapnya saat ditemui usai acara.
Sebelumnya, Kementerian ESDM melaporkan bahwa cadangan nikel Indonesia kian menipis, terutama untuk nikel kadar tinggi saprolite. Nikel termasuk dalam 47 komoditas tambang mineral kritis.
“Untuk nikel saprolite kira-kira kita masih punya 13 tahun, sedangkan untuk limonite masih ada sekitar 33 tahun,” kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Tri Winarno dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI pada Selasa (19/3).
Saprolite merupakan bijih dengan kadar nikel tinggi. Sementara limonite merupakan bijih dengan kadar nikel rendah.
Sebelumnya, pada November 2023 Tri pernah mengatakan bahwa jumlah cadangan nikel di Indonesia masih mencapai lima miliar ton. Terdiri atas 3,5 miliar ton saprolite dan 1,5 miliar ton limonite.
Tidak hanya nikel, Tri juga turut menyebutkan umur cadangan bagi komoditas mineral lainnya. Mulai dari tembaga masih 23 tahun, bauksit 97 tahun, timah 31 tahun, serta emas dan perak yang usianya relatif di atas 100 tahun.
Sementara itu, Badan Geologi Kementerian ESDM melaporkan bahwa Indonesia memiliki wilayah seluas 2 juta hektare (Ha) yang memiliki potensi nikel di dalamnya. Dari total tersebut hanya 800 ribu Ha yang telah ditambang atau dieksploitasi.
“Lokasi yang berpotensi nikel ini masih cukup luas dilihat dari formasi potensi pembawaan nikel yaitu 2 juta Ha. Saat ini baru 800.000 Ha saja yang sudah menjadi izin usaha pertambangan (IUP),” kata Sekretaris Badan Geologi Rita Susilawati dalam konferensi pers yang dipantau melalui daring pada Jumat (19/1).