PLN Gaet Konsultan Independen Menginvestigasi Blackout Listrik Sumatra

ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/nym.
Foto udara kendaraan melintas di jalan permukiman yang mengalami pemadaman listrik bergilir di Kelurahan Pisang, Pauh, Padang, Sumatera Barat, Rabu (5/6/2024).
Penulis: Happy Fajrian
26/6/2024, 17.46 WIB

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menggandeng perusahaan konsultan independen untuk menginvestigasi penyebab pemadaman listrik massal di pulau Sumatra beberapa waktu lalu.

“Kami menggandeng perusahaan konsultan untuk melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab pemadaman listrik di Sumatra,” kata General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu, Adhi Herlambang di Palembang, Rabu (26/6).

Ia menjelaskan penggunaan konsultan itu agar hasil dari penyebab pemadaman itu lebih independen dan tidak hanya berasal dari PLN. “Penggunaan konsultan itu agar hasil dari penyebab pemadaman itu lebih independen dan tidak hanya berasal dari PLN,” kata dia.

Namun, untuk dugaan sementara dari PLN S2JB penyebab pemadaman listrik tersebut, karena adanya petir yang mengenai jaringan transmisi SUTT 275 kV Lubuklinggau-Lahat yang terjadi sebelum pemadaman terjadi.

“Kemudian, karena adanya warga menebang pohon yang mengenai sisi jaringan 150 kV di ruas Prabumulih Simpang 3 yang mengakibatkan sistem kelistrikan di Lampung terganggu dan menyebabkan swing tegangan,” ujarnya.

Ia mengatakan PLN memiliki tiga sistem pertahanan kelistrikan di wilayah Sumatra Bagian Selatan, Sumatra Bagian Tengah, dan Sumatra Bagian Utara. Maka, apabila terjadi gangguan interkoneksi per sub sistem, maka ada daya secara mandiri menyuplai listrik di wilayah Sumatra.

“Pada saat pemadaman listrik terjadi ini sebetulnya sistem bagian tengah dan utara terpisah dengan Selatan. Defense scheme sudah berjalan baik, frekuensinya masih stabil,” kata Adhi.

“Akan tetapi, 1,5 menit kemudian ada warga menebang pohon mengenai jaringan 150 kV sehingga aliran transmisi yang melalui Lampung menyebabkan swing tegangan yang mungkin menyebabkan proteksi pembangkit lepas dari sistem dan kemudian yang memadamkan Jambi, Sumsel dan Lampung,” ujarnya melanjutkan.

Seperti diketahui, gangguan transmisi saluran udara tegangan tinggi 275 kV Lubuk Linggau-Lahat, Sumatra Selatan, menyebabkan pemadaman listrik di wilayah Sumatra bagian selatan, meliputi Lampung, Sumatra Selatan, Jambi, dan Bengkulu, pada Selasa (4/6) hingga Rabu (5/6).

Pemadaman listrik juga sempat meluas ke beberapa wilayah di Sumatra Barat dan Riau. Pemadaman listrik di Sumbagsel pertama kali terjadi pada Selasa (4/6) siang sekitar pukul 11.00 WIB. Listrik sempat menyala pada sore hingga malam. Namun, listrik kembali padam hingga keesokan harinya.

Kerugian Ditaksir Capai Triliunan Rupiah

Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Sumatera Selatan menyebut nilai kerugian dunia usaha dari pemadaman listrik di Sumatra mencapai triliunan rupiah.

"Lebih spesifik lagi mungkin bisa sampai Rp 2 triliunan. Itu baru di Sumsel saja, daerah lain saya tidak tahu. Bisa jadi triliunan juga per provinsi," ujar Ketua Kadin Sumsel, Affandi Udji dikutip dari detik.com.

Menurutnya, dunia usaha banyak yang terdampak akibat pemadaman. Belum lagi listrik yang tidak stabil mempengaruhi kinerja mesin di pabrikan, usaha kecil seperti fotokopi, warnet dan sebagainya. Termasuk kalangan rumah tangga.

Sama halnya di SPBU, membuat kendaraan logistik alami kerugian waktu ketika mengisi BBM. Sebab, SPBU perlu persiapan untuk menyalakan genset. Belum lagi SPBU yang tak memiliki mesin tersebut.

Sehingga, dia meminta PT PLN bersikap profesional dalam menjalankan usaha. Ketika pelanggan telat bayar dikenakan sanksi, bagaimana dengan kondisi blackout yang terjadi sepanjang hari yang lalu.

Dia juga akan mengajukan kompensasi kepada PLN bagi dunia industri. Usulan yang akan disampaikan berupa perpanjangan waktu pembayaran tagihan listrik pada Juni ini. "Kami juga minta kompensasi diskon 50% karena imbas blackout ini banyak merugikan dunia usaha," ujarnya.

Catatan Redaksi: judul artikel ini telah diubah untuk mengikuti perubahan dari Antara.

Reporter: Antara